Mohon tunggu...
Egia Azhari Sitepu
Egia Azhari Sitepu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Seni

Kenapa Seni Seperti Tarawanga Harus Tetap Dilestarikan di Era Modern

16 Juli 2024   00:46 Diperbarui: 16 Juli 2024   00:49 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai contoh, tujuh lagu pokok yang dimainkan dalam kesenian ini, seperti pangemat/pangambat, Pangapungan, Pamapag, Panganginan, Panimang, Lalayaan dan Bangbalikan pada mulanya dimainkan untuk mengundang Dewi Sri. 


Apa yang membuat tarawangsa Spesial

Ketika masyarakat Rancakalong merayakan hasil panen yang melimpah, petikan senar Jentreng, berbarengan dengan merdu lantunan suara Tarawangsa mulai dimainkan.

Dengan anggun, baik laki-laki maupun perempuan mulai menari mengikuti lantunan musik. Kegiatan tersebut dilakukan masyarakat sekitar untuk memanjatkan rasa syukur atas karunia yang telah diberikan Tuhan yang maha esa.


Sebagai sebuah alat musik religius, hampir setiap hal yang terdapat dalam prosesi sakral ini memiliki makna tersendiri. Mulai dari sesajen, dekorasi ruangan, tarian yang dilakukan masyarakat, dan lain-lain. Sebagai contoh, buah-buahan dalam sesajen memiliki makna bahwa hidup kita di dunia harus berbuah sesuatu. Bukan untuk menjadi buah yang busuk, melainkan untuk menjadi satu buah yang baik.

Prosesi Tarawangsa dilaksanakan selama kurang lebih 9 jam, mulai dari waktu isya, hingga waktu subuh. Selama itu, baik pria maupun wanita bergantian satu sama lain untuk menari, mengikuti alunan musik yang tak kunjung berhenti hingga menjelang pagi.

Setiap tarian dan doa yang mengiringi lantunan musik Tarawangsa menggambarkan rasa syukur dan hati yang tulus dari para penari. Dalam Tarawangsa, prosesi ini merupakan bentuk komunikasi batin terhadap yang maha kuasa.

Berlawanan dengan kepercayaan banyak orang, meskipun seni Tarawangsa terdengar seperti seni yang mistis dan melenceng, namun pada kenyataannya, seni ini dilakukan semata-mata untuk memanjatkan rasa syukur kepada sang pencipta; sebuah doa dari yang fana kepada esa Tuhan.

Narasi agung dan budaya tradisional

Era modern telah tiba. Progresivisme hadir untuk menggerus konservatif, dan universalisme hadir untuk menggantikan pluralisme. Kian hari, satu persatu budaya mulai tergerus oleh zaman. Mereka kehilangan penerus, kehilangan orang yang mau untuk memaknai apa yang mereka lakukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun