Mohon tunggu...
Egi Sukma Baihaki
Egi Sukma Baihaki Mohon Tunggu... Penulis - Blogger|Aktivis|Peneliti|Penulis

Penggemar dan Penikmat Sastra dan Sejarah Hobi Keliling Seminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Menjadi Penulis Produktif dari Sosok Buya Hamka

16 Februari 2019   14:37 Diperbarui: 16 Februari 2019   15:24 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar Buya Hamka: Suara Muhammadiyah.Id

Dia telah bertahun-tahun menjadi jurnalis aktif dan juga seorang novelis populer. Novelnya tenggelamnya kapal van der wyck bisa dibilang novel romantis paling populer tahun 1930-an dan 1940-an, campuran bijak sentimen, romansa, dan moralitas pintal rumahan menemukan daya tarik yang sangat luas. (C. Watson: 2002).

Hamka terus mengasah kemampuannya dengan terus menulis tanpa henti. Kemampuannya untuk menggambarkan imajinasi sebuah latar cerita mampu menghipnotis para pembaca agar masuk dan ikut merasakan berada dalam cerita yang dibuatnya.

Sangat disayangkan jika para cendikiawan atau ulama kita hanya mampu mengajarkan umat di mimbar keagamaan, tapi minim karya. Akan lebih baik, jika kemampuan berdakwah itu disempurnakan dengan kemampuan dan kemauan untuk menulis, sehingga pemikiran dan karya-karyanya akan dibisa dinikmati banyak orang serta dapat dikaji dan abadi sepanjang zaman.

Sebagai seorang pemuda yang bangkit di Hindia Belanda, Hamka telah menikmati fantasi ambisi dan ketenaran pribadi. Dia bermimpi menjadi singa sastra besar, pujangga, untuk negara barunya. Ini adalah dalil dari kisahnya yang luar biasa, di mana Indonesia, sebuah negara modern, akan bersatu dalam nilai-nilai dan pengajaran islam. Dia melakukan ini dengan penuh semangat sebagai seorang penulis, seorang imam, seorang tokoh masyarakat yang vokal, dan ketua pendiri MUI. (James R. Rush: 2016).

Dia menulis buku pertamanya, 'Si Sabariah' dalam dialek Minangkabau dan dalam aksara Jawi di masa remajanya. Keberhasilan karya ini mendorongnya untuk menulis Laila Majnun yang terinspirasi dari cerita yang dibacanya di Majdulin, sebuah majalah Arab. Dia diminta untuk mengelola Pedoman Masyarakat yang tumbuh secara signifikan di bawah kepemimpinannya. Melalui majalah inilah karya-karya besarnya tentang islam-tasawuf Modern, Falsafah Hidup, Lembaga Hidup dan Lembaga Budi dimulai. Ini diikuti oleh Di Bawah Lindungan Ka'abah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wick. Karya-karya ini membantu menjadikan Abdul Malik sebagai penulis Islam yang produktif dan nama penanya, Hamka mulai dikenal. (Rosnaini Hashim: 2010).

Bakat ini sendiri telah muncul sejak Buya Hamka berumur 17 yaitu saat ia menulis buku 'Khatibul Umat' tiga jilid di Padang Panjang. Baru kemudian Buya mengarang roman dalam bahasa Minang dengan judul ' Si Sabariyah' dengan huruf Arab Melayu. Buku ini mengalami cetak ulang sebanyak tiga kali dan dari bekal honor ini Buya menikah dengan Siti Raham. (Rusydi Hamka: 2018).

Karya-karya Buya Hamka mampu melewati lorong waktu. Terus dikaji, dibaca dan dinikmati banyak orang. Hingga kini, karyanya dapat kita temukan dengan mudah. Sebagian besar karnyanya telah mengalami cetak ulang berkali-kali. Novelnya juga telah diangkat ke layar lebar.

 Daftar Pustaka

Arif Munandar Riswanto. Buku Pintar Islam. Bandung: Mizan, 2010.

C. W. Watson. Of Self and Nation: Autobiography and The Representation of Modern Indonesia. University of Hawai'i Press, 2000.

Jamal D. Rahman dkk. 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2004.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun