5.Membongkar kebohongan Ahli Kitab dengan menjelaskan hal-hal yang mereka sembunyikan, dan menentang apa-apa yang terdapat pada kitab mereka setelah mengalami perubahan dan penggantian, sebagaimana firman Allah Swt.:
Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: '(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar. (QS Ali 'Imran [3]: 93)
Sesudah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi mereka sebagai hukuman. Nama-nama makanan itu disebut misalnya , dalam surah An-Nisa' ayat 160 dan surah Al-An'am ayat 146.
6.Kisah atau cerita merupakan salah satu metode yang cukup baik dalam berdakwah dan ungkapannya lebih cepat menancap dalam jiwa. Sebagaimana firman Allah Swt.:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS Yusuf [12]: 111)
4
D.Hikmah Pengulangan Qashash dalam Al-Qur'an
Al-Qur'an mencakup banyak kisah yang diulang-ulang. Satu kisah banyak disebut dalam Al-Qur'an dan dipaparkan dengan bentuk yang berbeda; ada yang diungkapkan dengan bentuk taqdimta'khir, ijaz dan ithnab Al-Qur'an adalah sebagai berikut:
1.Menjelaskan segi ke-balaghah-an Al-Qur'an pada tingkat yang lebih tinggi. Diantara karakteristik balaghah adalah menampakkan makna satu dengan segala bentuk yang berbeda. Pengulangan cerita disajikan pada cetakan yang bukan cetakannya. Manusia tidak merasa jenuh atas pengulangan ceritanya, bahkan makna yang ditangkap jiwa akan selalu baru, tak seorang pun dapat meresapi keindahan dan kedalaman maknanya selain dari cerita-cerita Al-Qur'an.
2.Meneguhkan sisi kemukjizatan Al-Qur'an. Ketika suatu makna diungkapkan dalam bentuk yang berbeda maka seseorang akan semakin terkesima dan takjub dengannya. Tidak heran bila orang Arab tidak mampu untuk membuat hal yang sama seperti Al-Qur'an.
3.Mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan tanda betapa besarnya perhatian Al-Qur'an terhadap masalah tersebut. Misalnya kisah Nabi Musa dengan Fir'aun. Kisah ini mengisahkan pergulatan sengit anatara kebenaran dan kebatilan.