Mendampingi anak mencerna situasi yang penuh transisi ini, sebagai orangtua kita harus membuka dialog alih-alih menjelaskannya sebatas "mereka salah, pilihan kita lah yang benar".
Akui kompleksitas itu dan berikan kesempatan bagi anak memproses pikiran dan perasaanya. Beri validasi pada emosi apapun yang muncul, "Rasanya bingung dan kesal ya ada yang pakai masker dan tidak .. padahal kakak sudah berusaha tertib...."
Dari sudut pandang psikologi kognitif, anak perlu memiliki kemampuan memproses ambiguitas dan konsep dikotomi semacam ini, sehingga di masa dewasanya, mereka mampu membentuk nilai moral yang lebih baik.
Serupa dengan berlian yang dibentuk melalui tekanan dan panas ektrem, anak-anak sesungguhnya dapat tumbuh dari pengalaman sulit ini lebih baik dari sebelumnya. Bersedia menyediakan ruang yang aman bagi mereka tidak melulu berarti mengurungnya di rumah atau menyediakan fasilitas agar anak merasa nyaman.Â
Lebih dari itu, kita harus siap hadir dalam setiap perjalanan emosi agar pandemi covid-19 ini menjadi periode yang bermakna bagi mereka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H