Kita bisa memberi ruang dengan mengatakan, “terima kasih Cemas sudah mendatangiku hari ini… Aku bersyukur kamu hadir…” lalu kembalikan perhatian pada nafas yang kita tarik dan hembuskan, pada suara-suara di sekitar, pada kaki yang menapak, atau pada sensasi di jari-jari tangan. Dengan berlatih mindfulness, kita memberi ruang pada diri sendiri untuk memilih apa respon perilaku yang akan kita lakukan setelahnya, alih-alih bersikap reaktif karena cara kita merespon tanpa sadar sudah terprogram di bawah sadar sebelumnya.
Sebagai contoh, ketika menerima informasi di group whatsapp yang menurut kita penting, secara reaktif kita merasa harus menyebarkan informasi itu sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan efek berantainya. Padahal bisa jadi informasi tersebut berbahaya bagi sekelompok orang.
Perilaku ini bisa jadi didorong kekhawatiran akan terjadinya hal buruk esok hari jika kita tidak menyebarkannya. Dengan mindfulness kita akan belajar memberi ruang memahami informasi tersebut, menyadari dampaknya pada kita, lalu membuat keputusan aktif apakah akan tetap meneruskannya atau tidak?
4. Self-Care
Self-care atau peduli pada diri sendiri bukan bagian dari modalitas psikologi, namun seringkali menjadi hal yang pertama kali perlu dilakukan terutama pada kondisi penuh tekanan. Bentuk kepedulian kepada diri sendiri bisa luas pilihannya: olahraga, makan sehat, istirahat cukup, mendengarkan musik, menonton film, berjalan dengan kaki telanjang di pagi hari, menghubungi keluarga jauh secara rutin, bersepeda. Intinya sama: menemukan jangkar kehidupan supaya mental kita tetap stabil.
Menemukan ritme baru di tengah situasi tidak pasti tentu bukan hal yang mudah. Kita semua memiliki karakteristik kepribadian khas yang ikut menentukan bagaimana kita akan merespon kejadian. Bagi orang yang cenderung extrovert, mungkin lebih sulit mengisolasi diri dibandingkan orang dengan kepribadian introvert. Dengan rutin melakukan praktik self-care, kita akan lebih mudah menemukan keseimbangan di antara keterbatasan-keterbatasan itu.
Tentu tidak ada satu pendekatan yang paling sesuai untuk semua orang atau semua situasi. Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah mencoba teknik-teknik yang berbeda ini, berlatih selama beberapa waktu, dan lihat mana yang paling sesuai untuk kita. Bahkan dengan hanya mencoba berlatih saja, kita dapat mengembalikan rasa berdaya dan rasa mampu menolong diri sendiri yang mudah sekali hilang di situasi krisis seperti saat ini.
Ega Asnatasia Maharani- Psikolog, Dosen FKIP UAD Yogyakarta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI