"Iya, kamu juga bisa matematika dan nilai harianmu bagus-bagus semua Lili. Makanya aku ingin berteman sama kamu Li,"
"Ya karena aku belajar dan aku mudah paham." Jawab Lili dengan percaya diri
"Tidak seperti Yulia 'kan? Berhitung saja dia lambat sekali. Menjawab soal juga banyak yang salah."Â
Salah satu teman berkata seperti itu tentangku. Aku sadar, jika memang aku tidak sepandai mereka. Aku butuh usaha yang lebih keras untuk menjadi pandai dan mendapat nilai yang bagus. Tapi apakah aku harus mendapatkan perkataan seperti itu? Aku sudah berusaha sebisaku, aku belajar tidak hanya ketika akan ujian saja.
"Yulia, kamu dipanggil Pak Rino. Ayo ikut aku sekarang!" Sasa masuk ke kelasku dan langsung menggandeng tanganku untuk keluar kelas.
Dia mengajakku ke kantor guru, perasaan ku tidak enak. Aku merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa, tapi kenapa aku dipanggil Pak Rino, wali kelasku sendiri.
"Hai Yulia, terima kasih Sasa sudah mau manggil Yulia."
"Sama-sama Pak,"
"Kamu tidak perlu takut Yulia, kamu tidak salah apa-apa. Bapak hanya ingin tahu, apa kamu membuat sendiri puisi dan cerpen ini?"
"I...iya Pak, saya sendiri yang membuatnya. Saya suka membuat puisi dan cerpen. Tapi memang belum terlalu bagus."
"Tapi menurut Bapak, ini sudah bagus. Kamu punya bakat dalam hal ini."