[caption caption="Logo Kopassus, SAS, dan Pasukan Delta. (Sumber: Pribadi)"][/caption]
Ciri pasukan khusus di dunia adalah jumlah kecil dengan keahlian dan kekuatan dahsyat. Ciri lainnya berstruktur tidak lazim dengan organisasi pasukan reguler. Tujuan pembentukan pasukan khusus sudah barang tentu untuk operasi militer khusus dan kontra-terorisme.
Jumlah kecil itu ukurannya bagaimana? Mari kita bandingkan jumlah personel pada tiga pasukan khusus dari tiga angkatan darat: Kopassus, SAS, dan Pasukan Delta. Sekali lagi pembandingan ini bukan catatan prestasi yang nisbi, melainkan pembandingan jumlah personel atau orang pada ketiga pasukan tersebut.
Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Indonesia
Kopassus berawal mula dari Kesatuan Komando (Kesko) Tentara Territorium III/SIliwangi yang didirikan oleh Kolonel A.E. Kawilarang pada 16 April 1952. Komandan pertama Kesko adalah Mayor Rokus Bernadus Visser alias Idjon Djanbi, mantan kapten KNIL. Sejarah panjang pasukan komando ini akhirnya menjadi besar yang dikenal saat ini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat. Kopassus dikomandani oleh seorang mayor jenderal sejak Agustus 1996 dan disebut komandan jenderal (danjen).
Kopassus dewasa ini terdiri atas lima grup yang masing-masing dikomandani oleh seorang kolonel. Dua grup berkualifikasi para-komando, satu grup berkualifikasi sandi yudha (combat inteligence), satu grup berkualifikasi penanggulangan teror atau kontra-terorisme, satu grup lagi sebagai pusat pendidikan. Dengan demikian empat dari lima grup tersebut adalah kombatan atau petempur.
Istilah grup sendiri dipilih untuk kelenturan organisasi. Walau bernama grup, ia dipimpin oleh seorang kolonel, yang perwira dengan pangkat ini pada pasukan reguler memimpin satu brigade atau resimen atau detesemen. Grup ini dibagi lagi menjadi beberapa batalyon, misal Yon 11, 12, dan 13 dari Grup 1. Pada pasukan reguler kumpulan beberapa batalyon dipayungi oleh satu brigade. Tidaklah berlebihan apabila satu grup Kopassus merupakan satuan setingkat brigade atau resimen. Dengan demikian ada empat brigade atau resimen kombatan pada Kopassus sehingga pasukan ini satuannya setingkat divisi yang dikomandani oleh jenderal bintang dua.
Special Air Service (SAS), Inggris
SAS yang sudah berkiprah sejak Perang Dunia ke-2 terdiri atas tiga resimen, yatu Resimen 21, 22, dan 23. Namun yang aktif hanya Resimen 22. Resimen 21 dan 23 merupakan resimen cadangan. Praktis kekuatan SAS hanya satu resimen atau satuan setingkat grup di Kopassus.
Resimen 22 dikomandani oleh seorang kolonel. Resimen 22 dibagi lagi menjadi empat skuadron yang disebut Skuadron A, B, D, dan G. Satu skuadron berisi sekitar 65 orang yang dikomandani oleh seorang mayor. Skuadron ini dibagi lagi empat troops yang masing-masing beranggotakan sekitar 15-16 orang yang dikomandani oleh seorang kapten, yang membagi lagi menjadi empat troop patrol (troop tanpa “s”) kecil yang terdiri atas empat orang.
SAS juga terkenal sebagai kesatuan yang memopulerkan senapan serbu MP5 (Maschinenpistole 5) buatan Heckler & Koch GmbH, Jerman, dalam Operation Nimrod 1980. Sejak itu senapan serbu H & K MP5 menjadi perlengkapan favorit pasukan khusus di seluruh dunia, termasuk Kopassus dan Kopaska. Aparat penegak hukum di banyak negara juga tidak ketinggalan menggunakan H & K MP5 tersebut.
SAS secara organisasi di bawah the United Kingdom Special Forces (UKSF) yang dipimpin oleh seorang direktur (DSF) yang setara dengan perwira tinggi bintang dua. DSF juga membawahkan seluruh pasukan khusus semua matra, tidak hanya SAS. DSF di bawah langsung menteri pertahanan.
Pasukan Delta, Amerika Serikat
Pasukan Delta atau yang populer dengan sebutan Delta Force bernama lengkap The 1st Special Forces Operational Detachment-Delta. Detasemen Delta atau Pasukan Delta berumur nisbi masih muda, karena dibentuk pada 1977 oleh Kolonel Charles Alvin Beckwith atas perintah Pentagon. Beckwith merupakan anggota the green berets veteran perang Vietnam. Ia meminta waktu dua tahun untuk membangun Pasukan Delta. Waktu dua tahun ini ditetapkan oleh Beckwith atas hasil konsultasinya dengan John Watts, seorang perwira senior SAS, yang mengatakan bahwa perlu waktu 18 bulan untuk mencetak serdadu berkualifikasi SAS.
Dari namanya saja kita tahu bahwa kekuatan Pasukan Delta “hanya” satu detasemen atau satuan setingkat grup di Kopassus yang dikomandani oleh seorang kolonel. Pasukan Delta bermarkas di Fort Bragg. Para penggemar film perang nama Fort Bragg tentu tidaklah asing. Kolonel Samuel Trautman dan Sersan John Rambo pernah menghuni di Fort Bragg seperti diceritakan dalam film First Blood.
Pasukan Delta di bawah langsung USASOC (U.S. Army Special Operations Command), yang di bawah kendali USSOCOM (U.S. Special Operations Command). Lihat http://www.kompasiana.com/efrondp/panglima-tni-berbeda-dari-panglima-di-amerika-serikat_54f90425a3331108168b4be1
Menurut penulis militer Sean Naylor jumlah personel Pasukan Delta tidak lebih daripada 1.000 orang, yang sepertiganya adalah para-komando, sedang dua pertiganya adalah personel pendukung yang sangat ahli pada bidangnya yang disesuaikan watak operasi.
Operasional
Saya membayangkan (tentu dengan pikiran liar) operasi SAS dan Pasukan Delta sangat lentur karena dikomandani oleh perwira menengah. Sudah barang tentu saat beroperasi mereka bersalingtindak dengan gugus lainnya. Ini lentur dilakukan karena semua gugus yang terlibat di bawah kendali operasi (BKO) seorang perwira tinggi. Tentu saja SAS dan Pasukan Delta yang dikomandani oleh perwira menengah tinggal siap menunggu perintah perwira tinggi. SAS di-BKO oleh DSF, Pasukan Delta di-BKO oleh USSOCOM. Wilayah operasi mereka di seluruh dunia yang membutuhkan
Bagaimana dengan Kopassus? Tentulah menerapkan pola BKO yang mirip SAS dan Pasukan Delta. Misal, operasi Kopassus di-BKO oleh seorang Panglima Kodam, yang berbintang dua. Persoalannya Danjen Kopassus juga seorang jenderal bintang dua. Saya tidak tahu kenyataan di lapangan, tetapi secara logika saya membayangkan ada gesekan antara dua jenderal bintang dua ini. Juga, ancaman pertahanan sebesar apakah sehingga Kopassus sampai berkekuatan setingkat divisi?
Jika kita melihat kiprah Pasukan Khusus kebanggaan kita ini sangat padat ketika masih dikomandani oleh perwira menengah. Dari bertempur dengan para pemberontak, merebut Irian Barat lewat operasi naga yang legendaris itu, konfrontasi dengan Malaysia termasuk bertempur dengan pasukan SAS di Kalimantan bagian utara, sampai pertempuran penumpasan PGRS/PARAKU yang disebut teroris komunis.
Kemudian bandingkan dengan Kopassus yang sejak 1996 jumlah personelnya setingkat divisi. Apakah ada kebutuhan pertempuran seperti kesatuan ini masih dikomandani oleh seorang perwira menengah? Seperti di awal tulisan ciri pasukan khusus adalah jumlah kecil dengan keahlian dan kekuatan dahsyat. Sesuatu yang disebut khusus tentu saja karena tidak umum atau jumlahnya sedikit. Jika Kopassus dengan ukuran sudah setingkat divisi, apakah masih layak ia disebut khusus?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H