Kenapa rakyat tidak lagi terlalu peduli? Karena persoalan di bawah sangat jelas dan terasa. Ini menciptakan kesenjangan antara penguasa dan masyarakat.
Media massa sebagai jembatan penguasa dan rakyat pun nyaris gagap. Konten yang diberikan tidak diharapkan publik saat ini. Masyarakat sedang menunggu kabar baik: harga beras turun.Â
Tetapi, ketika pesan yang disampaikan tidak kunjung datang, maka kemudian membuka rasa apatis muncul ke ruang diskusi--sesuatu yang dapat menampilkan gambaran buruk demokrasi.
Sekarang, politisi memiliki urusan pragmatisnya demi mengamankan kursi kekuasaan, di sisi lain, masyarakat juga memiliki kepentingan yang sama pragmatisnya untuk mendapatkan sembako dengan harga terjangkau.Â
Keadaan tersebut menjelaskan bagaimana kita semakin sulit mewujudkan nilai dan tujuan bersama.
Mau tidak mau, penguasa harus berani untuk bertindak lebih bijaksana. Jarak yang tercipta ini memberi kelelahan.Â
Kita ingin bersatu. Tetapi realitas mengatakan, "tunggu dulu".Â
Media sosial menjadi arena pertarungan yang tidak sedap untuk ditengok. Kita kebingungan membaca perilaku para elit politik.
Pada akhirnya kita sendiri yang berupaya memikirkan urusan perut.Â
Tentu, bukan itu yang diharapkan. Dalam keadaan sekarang, kita membutuhkan jalan keluar yang lebih bernilai: bijaksana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H