Nah, saat hendak membayar ke kasir, drama pun terjadi. Antrian.Â
Soal jumlah antrian, ini bisa angin-anginan. Kadang sepi, lebih sering mencapai tiga sampai lima orang.Â
Dalam pengalaman saya, untuk mengurus satu pelanggan, waktu yang dibutuhkan dapat mencapi satu menit.
Ya, lama atau tidaknya waktu di kasir tergantung pada jumlah barang belanjaan. Namun, jika pelanggan menggunakan uang non-tunai, kelar. Extra time pelayanan.
Kasir harus memasukan kode terlebih dahulu. Entah apa yang terjadi, tetapi saya sering menemukan bahwa kasir harus menunggu hasil dari layar baru transaksi non-tunai berjalan.
Waktu pembayaran di kasir menjadi lebih lama bila ada gangguan atau faktor x seperti sinyal internet lemah yang membuat sistem pembayaran ditolak.Â
Lalu, ketika kasir menawarkan promo, si pelanggan pun menambah lagi barang belanjanya supaya genaplah dia mendapat harga promo sehingga membuat kasir harus berjalan keluar dari singgasananya mengambil barang yang diminta. Tik-tak-tik-tak, yak Mase dalam perjalanan menuju rak, oh jauh sekali di sudut bangunan.
Itu baru satu pelanggan. Tidak heran, bila satu pelanggan dapat menghabiskan waktu begitu lama di meja kasir. Bayangkan apa jadinya bila beberapa pelanggan lainnya yang berada di antrian berikutnya juga menerapkan metode pembayaran yang sama.Â
Solusi pembayaran tunai vs non-tunai
Apa yang saya sampaikan adalah fakta. Mungkin, Anda juga mengalaminya. Dan apa yang saya alami ini nyaris terjadi sepanjang hari.
Ketika menghadapi situasi tersebut, pilihan saya hanya dua: menunggu atau pergi keluar karena sebal menunggu antrian panjang.
Siapa yang harus disalahkan? Kasir sudah melakukan tugas sebaik-baiknya, pemilik minimarket memikirkan profit, pelanggan punya hak untuk belanja sebanyak mungkin dengan metode pembayaran apapun selama itu sah.