Tidak saja di Eropa, nasib malang juga menerpa mereka di kompetisi domestik. Lille sekarang, bukanlah klub seperti musim lalu. Ada banyak perbedaan.
Namun, mimpi buruk itu berakhir ketika penyisihan grup memasuki leg kedua. Jocelyn Gourvennec mampu memompa semangat anak asuhnya.Â
Diawali dengan kemenangan 1-2 atas Sevilla, LOSC Lille terus melibas lawan-lawannya hingga puncaknya adalah kemenangan 3-1 atas Wolfsburg di laga terakhir. Tiga kemenangan sempurna mengantar mereka sebagai pemimpin klasemen.
Nasib serupa dialami RB Leipzig dengan hasil yang sedikit berbeda dari Lille. Di tiga pertandingan awal grup, Leipzig tumbang tanpa sekalipun kemenangan. Klub Jerman ini harus merasakan dinginnya duduk di dasar klasemen grup A akibat kekalahan beruntun tersebut.
Tren buruk ini seperti memantulkan kiprah mereka di Bundesliga musim ini. Mereka harus bersusah payah menembus 10 besar, sampai saat ini.
Perbaikan mulai terjadi saat memasuki pertandingan keempat. Leipzig mampu menahan imbang Paris dengan skor 2-2. Di sini, harapan untuk lolos ke fase gugur Liga Champions sudah pupus.Â
Namun demikian, tidak ada kata menyerah. Dalam dua pertandingan tersisa, Leipzig semakin beringas. Mereka mencukur habis Club Brugge dengan skor telak 5-0 dan membungkam finalis musim lalu Manchester City dengan skor 2-1.Â
Dua kemenangan dan sekali seri yang terjadi sepanjang leg kedua penyisihan grup menempatkan Leipzig di peringkat tiga klasemen akhir grup A, sekaligus mengamankan langkah mereka untuk lanjut ke Liga Eropa.Â
Inilah sepak bola. Segala kemungkinan bisa terjadi sepanjang bola terus berputar dan strategi baru terus ditemukan. Yang pasti, kita dapat melihat mentalitas pemain memiliki peran besar dalam menentukan kemenangan.Â