Meski demikian, penyelamatan datang dari desa. Kisah heroik dan pengorbanan paling berharga sejarah hidup manusia ditemukan di wilayah perbukitan yang jauh dari pusat perekonomian.
Sebenarnya, wilayah pedesaan relatif aman dari kasus terinfeksi. Namun wabah hitam akhirnya tiba pada akhir Agustus 1665 di Eyam desa di Derbyshire dengan jumlah penduduk sebanyak 800 orang.
Wabah datang melalui perantara kain dari London ke penjahit desa bernama Alexander Hadfield. Asistennya, George Viccars, menemukan kain tersebut penuh dengan kutu tikus. Ia meninggal beberapa hari kemudian dengan penguburannya pada 7 September 1665.
Pada hari-hari berikutnya, penyakit pes merenggut kembali nyawa warga Eyam. Dalam delapan hari, Elizabeth Hancock dari Riley Farm menguburkan suaminya dan keenam anaknya. Nama mereka tercatat pada batu memorial di desa tersebut.
Khawatir penyakit menyebar ke luar perbatasan Eyam, pendeta William Mompesson meminta umatnya untuk tetap tinggal di desa dan menutup diri dari dunia luar.
Selama wabah, ia dan istri Katherine membantu memberi makan dan merawat mereka yang menderita. Wabah Hitam benar-benar memberikan keputusasaan dan ketakutan yang membuat mereka memohon besar pertolongan kepada Tuhan.
William memberikan khotbahnya di tempat yang terbuka. Ia tetap menjaga jarak kepada mereka yang sakit. Pekerjaan penuh resiko ditempuh keduanya.
Hampir setiap hari ia mengadakan kebaktian untuk korban yang dikuburkan di ladang dekat tempat mereka tinggal dan meninggal.
Sang istri, Katherine jatuh sakit. Kepada William, ia mengatakan mencium sesuatu yang bau dari badannya. Kabar yang mengejutkan William sebab korban pes umumnya merasakan mencium hal yang sama.Â
Setelah berbulan-bulan merawat orang-orang yang sakit dan sekarat, di musim panas, Katherine menghembuskan napas terakhir dalam pelukan suaminya.
Penduduk Eyam beniat untuk mencegah wabah meluas ke desa tetangga. Mereka membuat kesepakatan untuk mendirikan Cordon Sanitaire atau zona karantina.