Putri menyatakan ia mencintai pekerjaannya. Sesuatu yang mengagumkan. Namun itu bisa berkebalikan bagi sebagian orang, mereka yang melakukan apa yang tak ia sukai, dan tak melakukan apa yang ia sukai.
Orang Indonesia senang bekerja dalam definisi berbeda. Putri melakukan dalam kerangka work, sementara orang lain harus bekerja dalam kerangka melakukan job di perusahaan orang.Â
Itu belum termasuk kondisi lain seperti orang bekerja karena didasarkan tanggung jawabnya menafkahi keluarga.
Pekerjaan ini pun dapat dipandang melalui kaca mata antropologi. Filsuf Hannah Arendt adalah orang yang memiliki pemikiran tentang aktivitas bekerja.Â
Untuk menemukan perbedaannya, ia membagi pekerjaan dalam tiga definisi sebagai labor, work, dan action. Ketiganya sama-sama diperlukan untuk kehidupan manusia, tetapi memiliki cara dan kontribusi berbeda untuk mewujudkan kapasitas diri.Â
Bagi Arendt, aksi atau tindakan adalah pekerjaan yang membedakan manusia dari hewan dan kehidupan dewa.
Aksi memiliki ciri utama kebebasan dan pluralitas. Dengan kebebasan, manusia memiliki kemampuan untuk memulai sesuatu yang baru. Aksi berakar sejak kelahiran manusia. Karena itu, manusia dipandang seperti pendatang sehingga ia memulai sesuatu yang baru dengan melakukan aksi.
Lalu, aksi memiliki ciri pluralitas untuk menunjukkan bagaimana masing-masing manusia mampu bertindak dengan cara unik dan khas. Aksi seseorang harus mendapat pengakuan atau persetujuan orang lain untuk memenuhi ciri pluralitas itu.Â
Meski sama-sama tercipta sebagai manusia, secara antropologi manusia terlahir dengan memiliki keunikan dan perbedaan di antara lainnya.
Apa yang hendak dicapai sebenarnya dari pekerjaan adalah upaya untuk melestarikan kehidupan itu sendiri, keakraban atau hubungan manusia dengan yang lain.
Karena itu, mengutip pemikiran Arendt, kebebasan dan pluralitas adalah kondisi utama yang sekiranya perlu dihadirkan untuk mendorong orang-orang mewujudkan aksi masing-masing.