Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Jika WGM Irene Vs Dewa Kipas adalah Laga Sepak Bola, Ini yang Akan Terjadi

25 Maret 2021   18:00 Diperbarui: 29 Maret 2021   19:56 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi permainan catur. Sumber: pexels via KOMPAS.COM

Pertandingan catur persahabatan WGM Irene melawan Dadang Subur berakhir dengan kemenangan 3-0 untuk Irene pada Senin, 22 Maret 2021.

Pertandingan fenomenal. Jutaan pasang mata menyaksikan laga tersebut yang disiarkan langsung dari akun YouTube Deddy Corbuzier.

Antusias masyarakat tinggi untuk menyaksikan pertandingan Irene dan Dadang Subur. Setelah pertandingan, meme yang memperlihatkan cara berpikir Irene dengan berpangku tangan tersebar luas.

Jika diperhatikan, catur seakan menjadi tontonan olahraga yang terlihat sebanding dengan kehebohan pendukung sepak bola.

Ketika klub kesayangan akan bertanding, ribuan suporter turun memenuhi ruas jalan menuju stadion. Sebagian lainnya secara suka rela menyisihkan waktu mereka demi menyaksikan pertandingan bola melalui layar kaca televisi.

Dengan melihat antusias masyarakat pada catur, apa jadinya bila pertandingan Irene melawan Dadang Subur menjadi pertandingan sepak bola?

Beberapa peristiwa seputar sepak bola di bawah ini mungkin bisa mendekati analogi pertandingan Irene dan Dadang Subur.

Pertandingan catur persahabatan WGM Irene Sukandar melawan Dadang Subur pada Senin, 22 Maret 2021. (Dok. YouTube Deddy Corbuzier via Kompas.com)
Pertandingan catur persahabatan WGM Irene Sukandar melawan Dadang Subur pada Senin, 22 Maret 2021. (Dok. YouTube Deddy Corbuzier via Kompas.com)

Dadang Subur perlu bangkit meniru PSG

Pertandingan Irene melawan Dadang Subur digambarkan sebagai pertarungan pemain profesional dan pemain "pos ronda". Irene sudah malang melintang bertarung di kompetisi resmi internasional, sementara Dadang Subur tak seberuntung Irene.

Pertandingan Irene melawan Dadang lebih kurang menyerupai laga final Liga Champions musim 2019/2020 antara Paris Saint-Germain dan Bayern Munchen.

Berlangsung di masa pandemi, laga final tersebut boleh dikatakan adalah sebuah keajaiban dan peruntungan untuk Paris Saint-Germain.

Nasib Paris Saint-Germain boleh dikatakan serupa dengan Dadang Subur. Paris dianggap sebagai perwakilan dari "liga petani" sehingga tak tepat disejajarkan dengan klub elit Eropa dari Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Spanyol.

Biar Paris berhasil menembus final, sebagian besar pecinta sepak bola tetap ragu untuk menjagokan mereka. 

Ada beberapa alasan mengapa Paris dikritik. Manajemen membesar Paris mengandalkan kekayaan dan membeli pemain berkelas bergaji selangit seperti Cavani, Neymar, Mbappe dan lain-lain. Cara demikian dianggap melenceng dari sejarah dan filosofi sepak bola. 

Alasan lain, Paris bermain di Ligue 1 Prancis yang dicemooh sebagai "liga petani".

Liga petani adalah ejekan untuk mendeskripsikan bahwa Ligue 1 Prancis adalah kompetisi para petani yang bekerja di siang hari lalu bermain bola di malam hari, menyadur Goal.com. 

Jadi, klub Prancis seperti PSG, Lyon dan Marseille dipandang tak terampil dalam permainan sepak bola dibandingkan klub besar lainnya. Kondisi itu yang membuat Paris dominan di kancah domestik, tetapi suram di kompetisi Eropa.

Keberhasilan Paris tembus final Liga Champions membuktikan bahwa kualitas klub ibu kota Prancis tersebut tak boleh diremehkan dan tak boleh menganggap Ligue 1 sebagai liga petani.

Sayangnya, penampilan Paris melawan Munchen terlihat sebagai bentuk peruntungan semata atas euforia terhadap mereka. 

Seperti Dadang Subur, Paris kala itu harus mengakui ketangguhan klub Jerman Bayern Munchen. Paris kalah 1-0 dari Munchen yang memang sudah teruji lama. 

Munchen terlihat menyerupai Irene yang sudah lama membangun reputasi di kancah internasional. Munchen adalah tim langganan masuk final dan 5 kali menjuarai Liga Champions.

Dengan pengalaman makan garam tersebut, mereka dapat tampil mendominasi jalannya pertandingan. Alhasil, lawan beberapa kali dipaksa untuk menarik diri memasang posisi bertahan.

Munchen melalukan penguasaan bola sebanyak 61 persen dibanding PSG sebanyak 39 persen. PSG sesekali melakukan pertahanan, sebagaimana juga Dadang Subur harus memasang bidaknya dalam posisi bertahan saat meladeni permainan Irene.

Sekarang, musim 2020/2021, Paris bangkit untuk menatap masa depan. Mereka berhasil menundukkan tim raksasa Barcelona dengan skor agregat 5-2 pada partai 16 besar Liga Champions.

Di perempatfinal, setelah melewati pengundian, Paris akan bersua kembali melawan Bayern Munchen. Mungkinkah Paris akan memberikan pembalasan atas Munchen dari pertandingan final lalu?

Pesan moralnya, jangan menyerah untuk mengejar tujuan. Bukan hal mustahil bila Dewa Kipas akan bertanding kembali melawan Irene dalam kesempatan berbeda.

Blunder menjadi petaka

Catur dan sepak bola memiliki istilah blunder. Salah satu faktor kekalahan Dadang Subur melawan Irene adalah blunder. Sang Dewa Kipas pun mengakui hal tersebut usai pertandingan.

Ahli Teknologi Informasi PB Percasi, Heri Darmanto, yang turut menyaksikan siaran pertanding mencontohkan pada babak pertama, Dadang mengambil langkah Menteri ke c8, sehingga memberikan Gajah gratis kepada lawan, laporan Kumparan.

Blunder di dunia catur dapat diartikan sebagai kesalahan melakukan langkah dan kurang mengantisipasi posisi ancaman lawan. 

Definisi tersebut serupa dalam permainan sepak bola. Pemain melakukan kesalahan fatal yang tak perlu dilakukan sehingga membuka peluang lawan untuk mencetak gol.

Seperti Dadang Subur, blunder beberapa kali menjadi faktor kekalahan sebuah tim. Sebagai contoh blunder bek Real Madrid, Raphael Varane saat melawan Manchester City dalam leg kedua 16 besar Liga Champions pada Agustus 2020.

Varane yang menerima bola lambung bermaksud meneruskannya kepada kiper Courtois untuk ditangkap. Keputusan Varane itu sangat fatal. Arah bola melebar dari jangkauan Courtois.

Sementara striker Manchester City, Gabriel Jesus, yang berdiri dekat dengan mereka sudah dalam posisi siap menyambar bola. Ia berhasil mengambil bola dan melesatkannya masuk ke gawang Madrid. 

Gol tersebut menutup pertandingan dengan kemenangan Manchester City 2-1 sekaligus membuat mereka unggul skor agregat 4-2 untuk melaju ke babak perempatfinal.

Contoh lainnya yang dikenal baik adalah blunder kiper Liverpool, Loris Karius dalam laga final Liga Champions 2018 silam. Karius yang hendak mengoperkan bola kepada rekannya lewat ayunan tangan tak memperhatikan pergerakan penyerang Madrid, Benzema, yang berdiri persis dekat di hadapannya. 

Lemparan bola Karius akhirnya memantul ke kaki Benzema dan meluncur masuk ke gawang yang tak terkawal. Dalam final tersebut, Liverpool kalah dengan skor 3-1.

Pesan moralnya, jangan berkecil hati sebagai orang biasa. Blunder bisa dilakukan siapapun, termasuk pemain catur dan olahragawan profesional dari klub papan atas. Varane dan Karius adalah beberapa contoh di antaranya. Konsentrasi adalah kunci untuk menghindari blunder.

Keributan pendukung

Keributan antarpendukung adalah pemandangan biasa dalam permainan sepak bola. Ada saling ejek terhadap klub lawan, lalu saling klaim bahwa tim dukungannya paling hebat dari klub manapun.

Tak jarang sepak bola memancing banyak perang komentar dari masing-masing pendukung. Komentar itu bebas diutarakan oleh siapapun, pengamat, pelatih, mantan pelatih atau pemain, atau orang biasa.

Demikian saat pertandingan bola berlangsung. Gaya komentator pertandingan sangat beragam. Ada yang memberikan analisis dan teknik permainan sampai gaya komentar jebret ala Valentino Simanjuntak.

Dalam pertandingan Irene dan Dadang Subur, hadir GM Susanto Megaranto dan WIM Chelsie Monica sebagai komentator. Keduanya memberikan penilaian, analisis dari pergerakan tiap bidak catur sehingga menjadi pengetahuan kepada publik yang awam dalam mengenal istilah percaturan dan aturan resmi pertandingan.

Di media sosial, komentar warganet pendukung Irene dan Dadang Subur tak kalah sengitnya, baik jelang laga maupun setelah laga berlangsung.

Tak ada pantangan untuk memberikan prediksi dan analisanya. Namun demikian, pengguna tetap perlu membangun sikap kritis untuk menelaah beberapa komentar di media sosial.

Bola butuh strategi permainan

Permainan catur memang berbeda dari sepak bola yang mengandalkan pergerakan fisik. Pemain catur cukup duduk tenang dan nyaman untuk menggerakan bidak di atas papan berkotak hitam-putih.

Meski demikian, tim sepak bola sama seperti catur perlu strategi untuk menghadapi lawan. Tanpa strategi apik, kemampuan pemain mengolah bola hampir tak ada artinya. 

Kiper hebat manapun bisa kelimpungan bila rekan-rekan timnya bergerak ke sana dan ke mari seperti tak memiliki arahan jelas untuk mengantisipasi serangan balik lawan.

Boleh dikatakan, pelatih sepak bola mewakili pemain catur dalam mengatur strategi permainan. Ia membentuk susunan pemain untuk menentukan gaya menyerang atau bertahan.

Demikian tulisan ini disampaikan sekadar melepas imajinasi dari dalam kepala. Tulisan bertujuan sebagai hiburan untuk menjelaskan peristiwa tentang Dadang Subur alias Dewa Kipas, bukan dimaksudkan untuk merasionalkan klaim-klaim kontroversi dan diperdebatkan tentang dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun