Namun demikian, pendapat satu pihak tentu cenderung bias dalam menguliti masalah. Dalam mencari kebenaran, banyak pihak harus disertakan.
Di tempat terpisah, PB Percasi dengan segala metode dan kemampuan melacak rekam jejak permainan Dadang.Â
Tetapi, pemaparan mereka tak banyak mengena ke warganet.
Pertama, bisa jadi karena pembahasan teknis sulit dipahami, terutama kepada orang yang awam permainan catur. Pembahasan lengkapnya dapat dibaca di link Kompas.id ini dan di pemberitaan Kompas.com ini.
Kedua, warganet sudah kadung membela Dadang dan menyerbu akun Levy Rozman. Tak mudah mereka berbalik arah. Sekali layar terkembang surut kita berpantang. Orang Indonesia paling kuat memegang keyakinan.
Kelakuan warganet menyerang akun media sosial orang atau institusi juga bukan hal baru. Bahkan, bulan lalu, ketika Microsoft mengeluarkan laporan bahwa warganet Indonesia dikategorikan tak sopan di Asia Tenggara, akun Instagram Microsoft ikut kena serang.
Serang menyerang akun media sosial terlihat memuaskan walau pada akhirnya mengesankan hal memalukan.Â
Tetapi siapa yang dapat mengontrol warganet berekspresi?
Jadi, serbuan warganet ke akun media sosial seperti Levy Rozman dan lainnya tak lagi hal mengejutkan. Ini sudah biasa dilakukan meski buruk.
Fenomena serbuan ke akun media sosial boleh jadi makin marak karena adanya kesenjangan dan jarak.Â
Ini bukan tentang kesenjangan ekonomi, melainkan lebih pada tak terjangkaunya orang Indonesia pada apa yang diharapkan.