Ada perbedaan sudut pandang di antara kami. Seperti tradisi yang sudah-sudah, aku memilih dia dan dia menentukan. Atau ini sebenarnya bukan keadaan di mana aku diberi kesempatan untuk memilih. Tidak sama sekali.
Pada kesempatan itu, Amanda menyampaikan ucapan terima kasih atas pertemananku. Cumbuan kami yang pernah terjadi hanya peristiwa terlintas dan terlupakan.Â
Pertemuan sore ini menjadi perpisahan untuk waktu yang lama. Amanda mengatakan bahwa dia akan pergi keluar kota, menuju tempat jauh, tempat yang dia inginkan tidak memiliki brand Cateria, restoran siap saji terbesar di negeri ini. Landasan yang terang tidak masuk akal.
"Aku nggak paham, alasanmu aneh," kataku.
"Ya, aku bisa mengerti keraguan seperti yang kamu katakan, kamu bukan orang pertama yang berpikir demikian," balas Amanda.
"Kamu tahu bahwa aku belajar banyak darimu, beritahu aku alasan kepergianmu ke tempat yang tidak memiliki Cateria."
"Yang aku bisa katakan, aku melakukan perlawanan terhadap penindasan perempuan di tempat kerja dengan upah dan jam kerja tidak adil untuk kesehatan perempuan. Sisi lain dari ini semua, aku mencintai kebebasan."
***
Ada banyak pengetahuan sekaligus misteri diperkenalkan Amanda kepadaku, cerita, pengalaman dan pengetahuannya. Aku pikir, dia mengalami perubahan akibat trauma atas sifat Ayahnya atau pengalaman pahit lain yang tidak ingin dan tidak pernah dia katakan.
Tujuh tahun berlalu. Aku menikahi gadis lain dan sekarang membiasakan diri berlaku sebagai Ayah dan kepala keluarga untuk menafkahi dan membesarkan anak-anak. Aku mencintainya, di lain waktu, aku mengingat Amanda.
Dalam hati dan kesepian yang menyergap, aku merindukan Amanda walau dia memberikan perlakuan tidak layak kepadaku. Aku merindukan dia, tidak sekali, tetapi berkali-kali. Dia berbohong untuk menutupi keluguanku.