Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Amanda Gadis Pemberontak (Bagian 4 Tamat)

10 Maret 2021   02:52 Diperbarui: 10 Maret 2021   03:03 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku merasa kesalahan ini timbul karena antisipasi yang tidak dipasang sejak awal. Kecurigaan yang tidak pernah aku lakukan. 

Aku menghubungi Amanda, dua panggilan terlewati. Pada panggilan ketiga, suara itu akhirnya terdengar di ujung panggilan telepon. Aku meminta Amanda meluangkan waktu untuk bertemu. 

Semula dia mencari alasan-alasan untuk menolak sampai akhirnya dengan rasa memelas dia menerima ajakan tersebut. Tidak lain, tujuanku untuk mencari tahu siapa lelaki itu sebenarnya. Hanya ingin tahu, hanya itu.

"Orang itu, siapa namanya?" ucapku.

"Siapa? Aku nggak paham."

"Lelaki yang menjemputmu sejak tawuran itu."

Amanda mengeluarkan senyum dalam garis lengkung kecil. Baginya, sosok lelaki tersebut bukan sesuatu yang harus aku ketahui. Namun, tanggapan kosong tersebut menambah rasa penasaran untuk menyudahi asumsi yang kudapatkan lewat penggalian informasi di media sosial lelaki itu.

"Tawuran itu soal kebebasan, aku perlu menikmati sesuatu yang tidak biasa dilakukan. Lagipula, sejujurnya, aku merasa senang untuk berhubungan kepada siapapun."

"Termasuk kepadaku?"

"Nggak sama sekali. Aku hanya menghargai pertemanan di antara kita. Aku tidak menyangka kamu berpikir sejauh ini tentang pertemanan kita. Dan aku mencintaimu, ya untuk kata-kata yang bisa aku sampaikan kepadamu tetapi nggak akan bisa lebih dari ini. Lelaki itu, anggaplah dia adalah orang dekat yang membuatku merasa nyaman untuk membincangkan segala hal kepadanya," kata Amanda

Jawaban Amanda dari suara yang tertahan senyum sinis membangun kekecewaan. Aku mampu menepis prasangkaku sebab aku sangat leluasa menikmati wajah manisnya lebih dalam yang menghapus kecemburuanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun