Pernyataan Amanda mendadak membuatku refleks. Kaget. Aku tidak tahu sama sekali dengan maksud tawuran itu. Setahuku kami hanya ingin keluar dari kelas dan mencari tempat menyenangkan untuk nongkrong, balik selesai jam sekolah, mengambil tas, dan pulang. Hal yang biasa seperti sebelumnya. Dodi dan yang lain tidak mengatakan apapun tentang perkelahian.Â
Namun, gelagat mencurigakan memang sudah terlihat sejak awal kedatangan kami. Satu per satu murid dari sekolah lain berkumpul. Beberapa ada kukenal, di antara mereka membawa tongkat besi dan gear rantai motor. Sesuatu yang janggal. Lalu aku menanyakan kepada Amanda, apa yang mau dilakukannya di tempat ini. Tawuran bisa melukainya.Â
Amanda membalas, bahwa dia membantu teman-temannya. Dia mengatakan bahwa dirinya dan teman-temannya tadi hanya pengalihan, mereka sedang menghitung jumlah lawan, bertindak bak mata-mata dan akan terlibat jika keadaan mendesak.Â
"Jadi, saat ini kita adalah lawan?"Â
"Untuk sekarang, iya, aku tidak tahu bagaimana kedepannya," kata Amanda.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H