Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Amanda Gadis Pemberontak (Bagian 2)

18 Februari 2021   01:50 Diperbarui: 18 Februari 2021   02:15 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilham menjulurkan tangan yang menjadi topanganku, tarik dan akhirnya berhasil keluar. Soal suara itu,siapapun dia, kami tidak peduli. Dodi dan lainnya tertawa menyaksikan lumuran kotoran menempel di sepatuku bersama bau sampah, bukan main menyengatnya. 

Lokasi parkir sekolah berada di seberang jalan. Sebagian siswa memang memarkirkan kendaraan di pekarangan warga, di luar sekolah karena halaman sekolah sangat terbatas. Biaya parkir hanya Rp2.000, tapi aku menambahkan menjadi Rp5.000 untuk bisa menggunakan kamar mandi mereka. Setelah mengganti sepatu dengan sandal dan menaruhnya di bagasi motor, kami bergegas mencari tempat tongkrongan.

Kenakalan-kenakalan ini sesekali terlintas dalam pikiran dan hanya terealisasi dengan pertimbangan tertentu. Nyaliku masih setengah matang untuk melanggar aturan seperti mereka meski kebosanan lebih lama membuatku terpenjara di kelas. Otakku benar-benar kesulitan untuk memahami asupan materi pelajaran, kecuali pelajaran olahraga dan ekonomi yang diajarkan Bu Lesti, guru muda yang baru lulus dari bangku kuliah. Dia sering mengumbar senyuman tiap mengajar, hati menjadi teduh dan membuat siapapun terbuai.

Tujuan kami adalah warung kopi, sudah menjadi tempat yang biasa disinggahi anak-anak sekolah. Lokasinya tidak terpencil,terbuka dan mudah ditemui di pinggir jalan raya. Ternyata, setibanya di sana, aku melihat Amanda duduk bersama dua teman perempuannya. Baru kali ini setahuku dia singgah di warkop ini. 

Aku meluncur mendekati dia tetapi dibalas dengan wajah terkejut. 

"Hei, sedang apa?" kataku. 

Amanda meminta waktu kepada temannya, ada hal penting tampaknya, dia mengajakku ke meja lain. 

"Apa itu teman-temanmu?" 

"Ya, kami baru datang," balasku. 

Wajah Amanda terlihat semakin tidak menyenangkan. Selagi berbicara, penjaga warung menanyakan pesananku dan kujawab segelas teh. Amanda memintaku untuk mendengarkannya, kelihatan serius. 

"Sebentar lagi tawuran. Anak-anak dari sekolahku mencariteman-temanmu, mereka dalam perjalanan kemari," ujar Amanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun