Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Luddite Fallacy, Takut Mata Pencarian Hilang karena Makin Canggihnya Teknologi

5 Februari 2021   20:29 Diperbarui: 6 Februari 2021   06:30 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi robot. (Foto: Alex Knight/Pexels) 

Pekerja yang putus asa kemudian menghancurkan mesin-mesin tekstil, dimulai di Nottingham pada 1811 yang menyebar ke seluruh pedesaan Inggris.

Kelompok ini konon dikenal sebagai luddite. 

Dari sini, muncul istilah luddite fallacy untuk mendeskripsikan orang-orang yang menolak, cemas terhadap kehadiran teknologi baru karena kekhawatiran bahwa teknologi dapat membuat mereka kehilangan pekerjaan dan menganggur.

Ada baiknya mengengok sedikit kondisi sosial sepanjang revolusi industri. 

Perekonomian mereka di bawah rezim laissez-faire, persaingan bebas tanpa batas dan tanpa campur tangan pemerintah. 

Karena itu, eksploitasi terhadap pekerja begitu kuat terjadi demi mencapai output produksi.

Frederick Engels dalam tulisannya pada 1845 menerangkan zaman itu bahwa manufaktur adalah kapital, buruh yang bekerja. 

Hubungan keduanya murni karena ekonomi, tidak ada hubungannya dengan manusia. Terjadi kesenjangan antara borjuis dan proletar.

Ini hanya latar dalam menggambarkan keadaan di masa lalu.

Pengajar ekonomi Tejvan Pettinger dalam tulisannya "The Luddite Fallacy" menerangkan, teknologi baru tidak menghancurkan pekerjaan, tetapi hanya mengubah komposisi pekerjaan dalam ekonomi.

Dampaknya hanya pengangguran teknologi yang bersifat jangka pendek. Pendapat yang menyerupai bapak ekonomi John Keynes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun