"Baja adalah baja. Kamu tidak punya baja, kamu tidak punya negara," kata Trump saat mengumumkan pemberlakuan tarif tersebut, 8 Maret 2018 silam.
Setidaknya, dengan adanya pengenaan tarif dan kuotar impor, industri baja di Amerika dapat berproduksi normal.
Mungkin, bagi kita yang berjiwa nasionalis, pastinya akan sangat mendesak agar industri baja harus diselamatkan.
Tapi cobalah melihat sikap Trump dan Joe Biden. Meski mereka kerap berselisih pendapat sewaktu kampanye Pilpres 2020, mereka tampaknya memiliki kesamaan pandangan soal impor baja dari China.
Joe Biden sewaktu kampanye Pilpres AS pernah mengatakan akan mempertahankan pengenaan tarif dan kuota impor baja dan aluminium sampai menemukan solusi untuk masalah kelebihan kapasitas baja global.
Demikian pengenaan safeguard atau tindakan perlindungan lainnya harus dilakukan dengan hati-hati, terukur termasuk dampaknya ke sektor lain.
Dalam liberalisasi perdagangan, negara tidak boleh terlalu ketat menghalangi perdagangan lintas negara. Ada WTO yang mengawasi supaya perdagangan internasional berlangsung adil.
Demikian hitungan untuk perekonomian dalam negeri.
Kita ambil contoh Amerika. Trump sewaktu menjadi Presiden AS mengenakan tarif dan kuota impor baja dan aluminium. Harga baja menjadi mahal.
Imbasnya, industri pengguna baja malah ikut tertekan.
Wall Street Journal (WSJ) dan pengamat ekonomi dari Universitas California Kadee Russ mengkritik keras kebijakan tarif dan kuota ini.