Demikian musim mudik tiba ketika pandemi memasuki bulan kedua, peraturan masih diperketat. Presiden Joko Widodo melarang perjalanan mudik Idulfitri kepada semua masyarakat, namun dengan kelonggaran bagi orang yang pulang kampung. Kali itu, sulit juga dipahami perbedaan antara mudik dan pulang kampung yang secara kontekstual tidak termasuk bagian mudik Idulfitri.
Walaupun aturan terkesan ketat dan kenyataannya tidak mencerminkan demikian--orang-orang tetap melakukan aktivitas di luar rumah--satu hal substansial untuk menyambut kebingungan itu adalah karena terbukanya ruang kebebasan.
Ketika seseorang bertanya, mengapa orang-orang berani berkumpul satu dengan yang lainnya, berlibur tanpa mengindahkan protokol kesehatan di tengah pandemi ini, jawaban yang memadai adalah orang menginginkan kebebasan. Tindakan dari kebebasan memberikan sensasi kesejukan bagi individu.
Kebebasan mengandung pengertian beragam sebagai kemerdekaan, bebas dari..., dan bebas untuk... Dan betapa menyenangkannya kebebasan! Ini bukan semata-mata karena dorongan ekonomi.
Akan tetapi dengan menyaksikan pandemi yang terus berjalan, tujuan dari kebebasan individual secara terang-terangan dapat merenggut nyawa orang lain.
Tetapi, kebebasan yang telah menghubungkan satu kematian dengan yang lain itu tidak perlu dianggap sebuah tindakan yang harus disalahkan mutlak. Orang harus butuh kebebasan, dan ia harus terlebih dahulu memikirkan kebebasan dari pandemi, tanpa dorongan itu, mustahil bagi para ilmuwan untuk bekerja keras mengembangkan vaksin.
Golongan lainnya menanggapi kebebasan dengan ungkapan berbeda dan sangat radikal menjungkirbalikkan dunia, dengan mengatakan pandemi sebagai konspirasi para globalis.
Mereka adalah orang-orang yang menolak bentuk pencegahan dengan rapid test, belum lagi orang-orang taat yang meyakini pandemi sebagai bentuk teguran Yang Maha Kuasa kepada manusia atas kesalahannya.Â
Mereka adalah orang yang sama bebasnya dengan keraguan besar pada legalitas keilmuan dan kesahihan data untuk berbicara soal pandemi ini, seperti halnya pula Bill Gates, pendiri Microsoft yang saban kesempatan menuangkan pikirannya merenungi jalan keluar dari pandemi Covid-19.
Contoh lain yang berbeda tetapi berada dalam satu barisan adalah Presiden AS Donald Trump, dengan menegaskan pandemi virus corona akan 'hilang tanpa vaksin' yang dikatakannya pada 9 Mei 2020.
Tanpa bukti, dia meyakini semua orang bahwa bencana ini tidak akan muncul lagi, namun semua harapan membahagiakan itu menjadi sia-sia sampai akhirnya Amerika harus bertarung mati-matian melawan pandemi di negaranya.