Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tarif Per Artikel Dihargai Rp 20 Ribu, Layak atau Tidak buat Penulis?

28 November 2020   07:49 Diperbarui: 29 November 2020   16:58 3488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berapa upah yang layak

Lantas, berapa upah layak untuk seorang penulis konten? Bukankah upah Rp20.000 sudah cukup menggiurkan?

Hitung-hitungan upah penulis lepas selama ini belum terukur jelas. Saya sendiri pernah diupah sebesar Rp100.000 atau lebih untuk tiap tulisan, sekarang  berada di angka Rp50.000 dan di bawahnya.

Tetapi saya akan mencoba mengurai persoalan dunia penulisan ini berdasarkan pengalaman saya. Tarif penulis lepas untuk mengisi konten di website atau blog, misalnya sangat berbeda-beda tergantung dari penyedia jasa.

Untuk artikel 500 kata, tarif yang berlaku di pasaran berkisar Rp8ribu, Rp10ribu, Rp20ribu sampai Rp50ribu. Penawaran ini datang dari agensi/penyedia jasa profesional atau diberikan secara invididual. 

Bahkan ada yang menawarkan Rp1250 per 100 kata, jika dikalikan ke 500 maka menjadi Rp6.250 atau Rp12.500 untuk 1000 kata. Cobalah Edak bayangkan, ada orang yang berani memberi tarif murah sedemikian rendahnya.

Misalnya, upah Rp20ribu per artikel, dalam 30 hari, penulis baru menghasilkan Rp600ribu. Mana mungkin ada calon mertua merestui menikahkan anaknya dengan pekerja semacam ini! 

Masalahnya, artikel dengan bayaran sebesar Rp20ribu ini langka sekali ditemukan. Kebanyakan penyedia jasa hanya menawarkan antara Rp10-15ribu per artikel. 

Mau tidak mau, penulis harus mencari akal untuk menutupi kekurangannya. Alternatif pertama, dia berjuang mati-matian menulis banyak artikel.

Kedua, penulis itu akan berusaha mencari pekerjaan sampingan lain atau mengikuti kompetisi blog. Ini cukup masuk akal, hanya saja tenaga dan waktu sangat terbatas.

Persoalan yang terjadi belakangan ini, selama masa pandemi, profesi penulis lepas semakin banyak diminati orang, mulai dari pelajar sampai pekerja formal yang terkena PHK. Sementara penawaran untuk para penulis tidak mengalami peningkatan. Satu sama lainya akhirnya saling berburu mencari peluang. Silakan cek sejumlah grup freelance di Facebook, Telegram atau WhatsApp.
 
Dengan situasi seperti ini, daya tawar penulis akhirnya sangat rendah. Jika penulis keberatan dengan tarifnya, jawabannya adalah take it or leave it. Akhirnya, berapapun tarifnya, main sikat saja. Itu belum jangka waktu kerja biasanya hanya berlangsung bulanan dan tidak ada kontrak di atas kertas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun