Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Di Tengah Kejayaan, Sang Raja: Aku Takut Revolusi

29 Desember 2018   14:49 Diperbarui: 30 Desember 2018   23:15 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jika aku tidak menuruti kemauan itu, mereka telah memperhitungkan untuk menciptakan kelangkaan dimana-mana yang akan mengoyak perut-perut orang-orang kelaparan. Kelaparan datang karena dua hal, kelangkaan dan kemiskinan. Persengkokolan yang baik. Dan yang terparah dari semua mimpi buruk ini adalah kematian. Setiap hari aku mendengar kumandang kematian, yang itu sungguh membangkitkan api revolusi di dalam diriku seandainya aku adalah mereka. Lalu kau memintaku untuk bersuka cita?" 

Sayandra mengeluarkan lima keping koin yang dijatuhkannya di antara pangkuan Gaus. Hanya itu uang yang bermukim di kantong Sang Raja saat hari-hari terakhir menjelang pergantian tahun.

"Oh Ibu, inilah aku yang lemah lembut karena belas kasihmu. Kau yang membesarkan aku dalam kecemasan untuk memahami kemiskinan rakyat."

Untuk beberapa saat, Sayandra mendendangkan lagu Marseille yang penuh semangat revolusi itu. Suaranya terdengar payah pada bait-bait berbahasa Prancis. Dia kemudian menghantam lantai memakai kaki kanan untuk menciptakan suara derap pasukan berkuda, lalu menari dan menggertakkan tangannya kepada Gaus.

"Apa kau menghitung kematian itu di setiap Desa?"

"Saya hanya dapat memperkirakan... Tidak, Yang Mulia. Kami akan menghitung kematian orang-orang jika itu adalah keinginanmu."

"Dua belas ribu empat puluh tujuh orang. Itu angka dariku. Aku harap tidak meleset jauh dari hitungan kemarin. Aku akan pergi ke kantor Bagian Pendudukan, lalu pegawai menyambutku, menundukkan kepala mereka dan memberikan laporan terbaru, kematian hari ini."

"Yang Mulia, sebaiknya biar kami yang memikirkan hal ini..."

"Baiklah, berpikirlah selagi aku belum beranjak meminta laporan kematian hari ini. Dugaanku angkanya akan bertambah saat kalian berpikir," ucap Sang Raja sambil melenggak-lenggok.

Sayandra berhenti di dekat perapian lalu membuka kedua mata yang dipejamkan saat menari. Ia merasa lelah setelah memamerkan seni yang dibuatnya dengan sangat berantakan itu.

"Jumlah itu, menurut perhitungan, mereka tidak lebih dari dua persen penduduk," terang Gaus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun