Di mana pada pasal 2 menyebutkan, pelayaran diselenggarakan berdasarkan azas manfaat dan kepentingan umum. Sedangkan pasal 40 menyebutkan, perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan barang yang diangkutnya.
Maka mantenance fasilitas kapal berupa perawatan dan perbaikan secara berkala, adalah keharusan yang perlu menjadi perhatian serius PT PELNI. Guna meningkatkan mutu pelayanan kepada penumpang.
Terkadang penumpang tidak mau tahu, ketika sudah membeli tiket maka harus mendapat pelayan yang baik. Tak heran ada keluhan saat mendapati toilet rusak. Atau harus antri panjang saat mengambil makanan.
Juga keluhan saat mendapatkan kasur yang tidak layak di dek ekonomi. Belum lagi serangga yang tiba-tiba muncul dari balik kasur . Inipun masih terjadi di atas KM Lambelu dan kapal PELNI lainnya.
Tentu keluhan di atas menjadi masukan bagi PT PELNI untuk berbenah di tahun 2025. Karena sebagai badan usaha yang menarik pembayaran dari tiket yang dijual, sudah selayaknya mengutamakan kenyamanan konsumen.
Bukankah dalam konsep marketing, Â pembeli (penumpang) adalah raja? Â Pun penumpang kapal PELNI adalah raja (aset) yang sudah memberi kontribusi finansial bagi armada kapal PT PELNI, sejak awal beroperasi.
Simbiosis di Sektor Transportasi Laut
Pada pelayaran dalam negeri sektor transportasi laut, antara  PT PELNI dan penumpang kapal adalah simbiosis mutualis, alias saling membutuhkan.
Â
Penumpang menbutuhkan sarana kapal PELNI dengan harga terjangkau. Sedangkan PT PELNI membutuhkan kontribusi finansial dari penumpang yang melakukan perjalanan.
Sejatinya PT PELNI sudah melakukan transformasi pelayanan beberapa tahun terakhir. Baik dari pemesanan tiket secara online, pergantian kasur baru, hingga sajian makanan untuk penumpang dengan kemasan dan menu yang  layak.
Namun tetap saja ada beberapa problem pelayanan yang belum tertangani. Menghendaki transformasi pelayanan yang mencuat dari dalam kapal PELNI bisa diakselerasi demi kenyamanan penumpang , tentu sangat diharapkan.
Namun rasanya, penumpang kapal PELNI harus bisa menerima kenyataan menghadapi problem pelayanan yang sama di tahun 2025. Seperti antrian panjang saat mengambil makanan.