Saat peresmian Jokowi menegaskan, rekonstruksi ditujukan untuk meningkatkan kapasitas layanan dermaga (pelabuhan) sebagai simpul aktivitas logistik. Juga meningkatkan konektivitas daerah serta mendukung aktivitas ekonomi di Provinsi Sulteng.
Data dari situs Kementerian Perhubungan menyebutkan, dermaga Pelabuhan Wani kini  dapat melayani kapal terbesar 6.000 DWT (Deadweight Tonnage). Sedangkan untuk dermaga Pelabuhan Pantoloan, mampu melayani kapal terbesar 30.000 DWT.
Kini hampir semua dermaga di kawasan Teluk Palu yang berkepentingan dengan  aktivitas perekonomian sudah dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Bahkan pembangunan dermaga untuk mendukung kapasitas kapal yang bersandar.
Melihat andil dermaga yang krusial keberadaannya di Teluk Palu, maka tidak heran jika Pemerintah Provinsi Sulteng optimis kesiapan sebagai daerah penyangga IKN Nusantara.
Dimana bukan hanya sebagai penyuplai material untuk pembangunan infrastruktur semata, namun juga suplai logistik (komoditi) dari Sulteng ke IKN dengan menggunakan moda transportasi laut.
Maka selain rekonstruksi dermaga yang sudah dilakukan, perlu untuk meningkatkan fasilitas dermaga lebih memadai untuk mobilisasi bongkar muat angkutan barang (logistik). Terutama untuk dermaga pelabuhan pengangkut dan penyeberangan.
Mengingat sebagai daerah penyangga IKN Nusantara, maka kesibukan di dermaga pelabuhan menjadi sebuah keniscayaan. Akan semakin banyak kapal yang masuk ke dermaga di kawasan Teluk Palu, dan aktivitas bongkar muat barang dan penumpang akan semakin bertambah.
Impact-nya bukan hanya bagi pemasukan daerah, namun juga menghidupkan perekonomian para pelaku usaha. Serta masyarakat yang ambil bagian dalam aktivitas perputaran barang dan komoditi yang dihasilkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H