Berpuluh tahun keberadaan dermaga di Teluk Palu, menjadi elemen pendukung terhadap kemajuan peradaban dan penopang perekonomian di Sulawesi Tengah.
Dermaga di Teluk Palu menjadi tempat bersandarnya berbagai kapal untuk melakukan aktivitas bongkar muat barang (logistik) maupun material. Serta angkutan penumpang yang bepergian lintas daerah.
Seiring dengan hari dermaga nasional yang jatuh pada tanggal 17 Juni 2024 yang lalu, menjadi momen refleksi sejauh mana  keberadaan dermaga berperan terhadap peradaban masyarakat dan daerah yang bergantung pada infrastruktur tersebut.
Termasuk dermaga yang ada di provinsi Sulawesi Tengah (sulteng), terkhusus di kawasan Teluk Palu yang sudah turut andil menjadi bagian dari peradaban masyarakat sejak dulu hingga sekarang. Yakni peradaban transportasi laut dan perdagangan.
Teluk Palu sebagai bagian dari wilayah Sulteng mempunyai posisi strategis secara geografis. Dimana telah turut mendukung kemajuan sektor maritim nasional yang meliputi aspek transportasi laut, konektivitas dan ketahanan daerah.
Seperti diketahui garis pantai Teluk Palu berada pada batas administrasi Kota Palu dan Kabupaten Donggala. Dimana panjang keliling kurang lebih 67 kilometer, lebar 6 - 9.5 kilometer (orientasi barat - timur). Sementara untuk kedalaman teluk mencapai 600 - 850 meter.
Berhadapan langsung dengan Selat Makassar, Teluk Palu banyak disinggahi berbagai kapal untuk aktivitas perekonomian. Kapal tersebut datang dari berbagai wilayah di Indonesia termasuk dari luar Indonesia.
Sebagai gambaran, di Teluk Palu terdapat dermaga untuk pelabuhan utama yakni pelabuhan Pantoloan. Dimana dermaga pelabuhan ini disinggahi kapal milik PT Pelni sebagai angkutan perairan dalam negeri.
Selain itu bersandar kapal barang dalam kapasitas besar yang memuat berbagai logistik termasuk peti kemas. Dermaga di pelabuhan ini memiliki peralatan yang memadai untuk bongkar muat barang. Diantaranya CC ( Container gantry Crane) yakni alat bongkar muat peti kemas yang berada di pinggir dermaga.
Kemudian ada juga dermaga untuk pelabuhan pengumpul. Yakni pelabuhan Donggala dan Pelabuhan Wani untuk bersandarnya kapal barang. Pelabuhan Donggala merupakan salah satu pelabuhan tertua di Sulteng.
Selanjutnya ada dermaga pelabuhan penyeberangan Taipa Palu untuk kapal Ferry yang mengangkut penumpang, kendaraan bermotor dan juga barang dengan tujuan ke Balikpapan Kalimantan Timur pulang pergi.
Selain itu ada juga dermaga terminal milik Pertamina di Desa Loli Donggala yang disandari kapal tangker untuk membawa stok BBM ke Sulteng. Mengingat keberadaan dermaga BBM ini sebagai sarana vital pemerintah, maka penjagaannya menjadi prioritas.
Dan tentu saja yang tidak kalah andil terhadap perekonomian daerah adalah keberadaan Jetty atau dermaga untuk kapal tongkang yang memuat material tambang galian C berupa pasir dan batu (sirtu).
Seperti diketahui di kawasan Teluk Palu banyak perusahaan tambang galian C yang melakukan aktivitas pengolahan material. Dimana perusahaan harus memiliki Jetty untuk mengangkut material tambang tersebut.
Dari Teluk Palu kapal tongkang memuat material ke berbagai daerah di Indonesia, terutama ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan infrastruktur.
Walau turut memberi kontribusi bagi perekonomian daerah, namun keberadaan aktivitas tambang galian C di kawasan Teluk Palu turut mendapat sorotan. Karena dianggap berdampak pada kerusakan lingkungan. Berupa pengerukan material pegunungan, serta polusi udara akibat debu yang dihasilkan.
Selain dermaga di atas, ada juga dermaga pangkalan Angkatan Laut di Kelurahan Watusampu Palu dan dermaga Polairud di Desa Wani Donggala. Keberadaan dermaga tersebut berfungsi untuk pengamanan laut. Baik dari serangan musuh, penyelundupan barang, maupun praktek ilegal fishing.
Satu-satunya yang belum ada yakni dermaga kapal wisata, guna mendukung keberadaan destinasi pariwisata setempat. Seperti diketahui Teluk Palu memiliki landscape alam yang eksotis dengan elemen berupa perairan laut, perbukitan dan pegunungan.
Jika ada dermaga kapal wisata, maka wisatawan yang berkunjung dapat mengeksplor eksotisme Teluk Palu dengan menggunakan kapal wisata, sebagaimana yang ada di Pantai Losari Makassar. Dimana bisa menjadi sumber pendapatan bagi daerah dan pelaku usaha setempat.
Dengan beragam jenis dermaga yang ada di kawasan Teluk Palu, bisa dibayangkan kesibukan angkutan barang, material dan penumpang yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Sulteng.
Pertumbuhan ekonomi dimaksud yakni adanya pemasukan pendapat asli daerah (PAD) bukan saja bagi Kota Palu, namun juga Kabupaten Donggala. Dua daerah ini merupakan daerah administrasi kawasan Teluk Palu berada.
Sebagai gambaran di bagian sebelah barat Teluk Palu terbentang garis pantai dari Kota Palu ke arah Banawa Kabupaten Donggala. Dimana di bagian ini dominan terdapat dermaga tambang (jetty), dermaga terminal BBM, dan dermaga pelabuhan Donggala.
Sementara di bagian timur, terbentang garis pantai dari Palu ke arah Desa Wani Donggala dimana terdapat dermaga pelabuhan Ferry Taipa, pelabuhan Pantoloan serta pelabuhan Wani Donggala.
Jika di bagian barat dominan usaha pertambangan, maka di bagian timur banyak terdapat fasilitas industri dan pergudangan untuk berbagai logistik. Bahkan di Pantoloan terdapat lokasi peti kemas dan juga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu.
Dengan keberadaan dermaga untuk berbagai aktivitas perekonomian di kawasan Teluk Palu tersebut, tidak heran jika Kota Palu dan Donggala menjadi kota jasa serta industri dan perdagangan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah setempat.
Rekonstruksi Sarana Dermaga
Sejarah mencatat keberadaan dermaga di Teluk Palu turut terimbas dengan adanya gempa bumi dan tsunami yang terjadi tahun 2018 lalu. Aktivitas dermaga sempat terhenti akibat mengalami kerusakan, sehingga kapal tidak bisa bersandar.
Hampir semua dermaga untuk aktivitas perekonomian di Teluk Palu mengalami kerusakan. Termasuk dermaga pelabuhan yang menjadi sarana bongkar muat barang dan logistik yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Pelabuhan yang cukup parah terdampak tsunami meliputi pelabuhan Pantoloan, Wani dan Donggala. Maka upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pelabuhan tersebut, masuk dalam Inpres Nomor 10 Tahun 2018 tentang percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di Provinsi Sulteng .
Rekonstruksi dermaga di tiga pelabuhan sebagai bagian dari penanganan pasca bencana tersebut, sudah diresmikan oleh Presiden Jokowi pada bulan Maret 2024 lalu. Adapun anggaran rekonstruksi dibiayai melalui pinjaman Asian Development Bank (ADB).
Saat peresmian Jokowi menegaskan, rekonstruksi ditujukan untuk meningkatkan kapasitas layanan dermaga (pelabuhan) sebagai simpul aktivitas logistik. Juga meningkatkan konektivitas daerah serta mendukung aktivitas ekonomi di Provinsi Sulteng.
Data dari situs Kementerian Perhubungan menyebutkan, dermaga Pelabuhan Wani kini  dapat melayani kapal terbesar 6.000 DWT (Deadweight Tonnage). Sedangkan untuk dermaga Pelabuhan Pantoloan, mampu melayani kapal terbesar 30.000 DWT.
Kini hampir semua dermaga di kawasan Teluk Palu yang berkepentingan dengan  aktivitas perekonomian sudah dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Bahkan pembangunan dermaga untuk mendukung kapasitas kapal yang bersandar.
Melihat andil dermaga yang krusial keberadaannya di Teluk Palu, maka tidak heran jika Pemerintah Provinsi Sulteng optimis kesiapan sebagai daerah penyangga IKN Nusantara.
Dimana bukan hanya sebagai penyuplai material untuk pembangunan infrastruktur semata, namun juga suplai logistik (komoditi) dari Sulteng ke IKN dengan menggunakan moda transportasi laut.
Maka selain rekonstruksi dermaga yang sudah dilakukan, perlu untuk meningkatkan fasilitas dermaga lebih memadai untuk mobilisasi bongkar muat angkutan barang (logistik). Terutama untuk dermaga pelabuhan pengangkut dan penyeberangan.
Mengingat sebagai daerah penyangga IKN Nusantara, maka kesibukan di dermaga pelabuhan menjadi sebuah keniscayaan. Akan semakin banyak kapal yang masuk ke dermaga di kawasan Teluk Palu, dan aktivitas bongkar muat barang dan penumpang akan semakin bertambah.
Impact-nya bukan hanya bagi pemasukan daerah, namun juga menghidupkan perekonomian para pelaku usaha. Serta masyarakat yang ambil bagian dalam aktivitas perputaran barang dan komoditi yang dihasilkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H