Dari data statistik di atas, telah menunjukkan pencapaian menggembirakan serta mengafirnasi adanya effort atas kinerja serius dari semua stakeholder. Namun secara faktual di lapangan, memperlihatkan Sulteng masih memiliki berbagai tantangan yang harus diretas.
Salah satunya pertumbuhan ekonomi Sulteng yang cukup tinggi realisasinya, melampaui capaian nasional. Ini tidak bisa dielakkan mengingat pertumbuhan ekonomi Sulteng, sangat ditopang oleh sektor pertambangan yakni energi dan sumber daya mineral. Khususnya investasi pengelohan nikel di kabupaten Morowali dan Morowali Utara.
Sejatinya investasi juga masuk dari sektor lainnya seperti energi, kelautan, pertanian, perkebunan, peternakan, dan pariwisata. Namun harus diakui, sektor pertambangan dan industri pengolahan, berdampak terhadap realisasi pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Potensi sumber daya alam Sulteng yang sangat besar, tentu harus dimanfaatkan dan dikelola demi kesejahteraan masyarakat. Namun capaian pertumbuhan ekonomi tersebut masih paradoks dengan fakta angka kemiskinan yang masih cukup signifikan persentasenya di Sulteng.
Realitas paradoks inilah yang tentu menjadi tantangan sekaligus pekerjaan rumah bagi pemprov Sulteng, untuk diatasi secara bersama. Yakni pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada pemerataan pendapatan ekonomi masyarakat, serta kemajuan sarana dan infrastruktur daerah di wilayah Sulteng. Â
Itu artinya seluruh potensi di sektor lain juga harus dimaksimalkan, terutama yang melibatkan usaha masyarakat kebanyakan. Seperti petani, peternak, nelayan dan pelaku UMKM. Keberadaan masyarakat yang bekerja di sektor tersebut sangat dominan, namun di satu sisi rentan terdampak kemiskinan, karena beragam risiko yang dihadapi.
Sudah selayaknya Sulteng sebagai daerah pertanian dan kelautan digenjot potensinya. Agar pertumbuhan ekonominya bisa meningkat, Walau pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dari sektor investasi pertambangan dan industri, namun sektor pertanian dan kelautan tetap harus diperkuat.
Tentu upaya Pemprov Sulteng untuk memajukan kedua sektor kedua tersebut sudah dilakukan, lewat beragam program yang bertujuan mensejahterakan masyarakat yang mengandalkan pendapatan dari sektor tersebut.
Namun satu hal yang tidak bisa ditampik adalah, problematika di sektor tersebut juga beragam. Diantaranya  kendala keterbatasan sarana prasarana serta infrastruktur yang dibutuhkan. Termasuk juga kendala aksesibilitas dan konektivitas yang mendukung kemajuan sektor tersebut.
Soal pembangunan infrastruktur dan konektivitas turut disebutkan oleh Gubernur Rusdy Mastura pada peringatan HUT ke 60 tahun provinsi Sulteng. Sepertinya Gubernur menyadari benar, bahwa akselerasi penanganan infrastruktur dan konektivitas menjadi tantangan yang tidak mudah, mengingat luasnya wilayah provinsi Sulteng.
Sebagai gambaran kondisi infrastruktur jalan provinsi berdasarkan data dari Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Sulteng adalah sepanjang 1643,74 kilometer. Adapun di tahun 2022 ruas jalan yang dalam kondisi mantap sepanjang 10,50,19 kilometer. Sementata target jalan mantap di tahun 2023 adalah sepanjang 1189,,28 kilometer