Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mangrara Banua, Tradisi Adat Toraja yang Masih Dipertahankan

5 Januari 2024   12:46 Diperbarui: 5 Januari 2024   17:53 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Mangrara Banua digelar sebagai ucapan syukur atas pembuatan Tongkonan di Toraja. Dokumentasi Pribadi

Perjalanan akhir tahun 2023 kemarin mengantar saya tiba di Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan, untuk menghadiri upacara Mangrara Banua. Yakni tradisi adat budaya Toraja yang masih dipertahankan di era modernitas saat ini.

Mangrara Banua adalah upacara pengucapan syukur, atas selesainya pembuatan Tongkonan. Adapun Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Jika berkunjung ke daerah Tana Toraja maupun Toraja Utara, keberadaan Tongkonan sangat dominan terlihat.

Mangrara Banua sendiri bukan sekedar pengucapan syukur biasa, karena ada prosesi dan simbol-simbol adat Toraja di dalamnya. Walau demikian, aspek religiusitas tetap menjadi aspek utama dalam upacara adat tersebut.

Tongkonan sendiri punya ciri khas bangunan yang unik dan eksotik. Dimana terdiri yang dibangun dari tumpukan kayu yang dihiasi dengan ukiran dan ornamen khas, berwarna merah, hitam, putih dan kuning.

Bagi masyarakat Toraja  yang punya kemampuan finansial, mampu membuat Tongkonan adalah sebuah kebanggaan. Dan melakukan tradisi Mangrara Banua adalah bentuk ekspresi sukacita, atas selesainya pembuatan Tongkonan tersebut.

Dimana keberhasilan membuat Tongkonan selain berkaitan dengan strata sosial di masyarakat, sekaligus sebagai bagian dari melestarikan tradisi adat budaya Toraja yang sudah berlangsung secara turun temurun.

Prosesi arak-arakan rumoun keluarga menuju Robgkonan. Dok Pri
Prosesi arak-arakan rumoun keluarga menuju Robgkonan. Dok Pri

Penampilan tim seni budaya dari menggunakan aksesoris Toraja. Dok Pri
Penampilan tim seni budaya dari menggunakan aksesoris Toraja. Dok Pri

Mangrara Banua yang digelar berlokasi di Mandetek, Kota Makale Tana Toraja. Adapun pihak yang menggelar upacara berasal dari rumpun keluarga Rumbae.  

Dalam upacara Mangrara Banua kali ini, selain yang berasal dari wilayah Toraja dan sekitarnya, ada juga anggota rumpun keluarga yang datang dari luar daerah Toraja.

Bagi anggota keluarga dari luar dari luar Toraja yang akan hadir, sudah dihubungi jauh-jauh hari. Tujuannya agar bisa mempersiapkan diri serta kontribusi untuk kegiatan tersebut.

Kehadiran Unsur Pemerintah Daerah

Upacara Mangrara Banua yang digelar sendiri terdiri dari beberapa tahapan. Diawali dengan prosesi pembuka arak-arakan oleh rumpun keluarga menuju ke Tongkonan.

Saat prosesi tersebut, seorang pemandu dari tokoh adat  melantunkan ucapan  selamat datang dan terima kasih kepada para tamu undangan dalam bahasa Toraja yang dikenal dengan Ma'Singgi.

Pada prosesi ini rumpun keluarga yang terlibat dalam arak-arakan menggunakan busana adat khas Toraja berwarna kuning. Terdiri dari pakaian dan sarung.

Sambutan dari Wakil Bupati Tana Toraja. Dok Pri
Sambutan dari Wakil Bupati Tana Toraja. Dok Pri

Tamu undangan dari pihak rumpun keluarga. Dok Pri
Tamu undangan dari pihak rumpun keluarga. Dok Pri
Dilanjutkan pembacaan silsilah (rumpun) keluarga, dan ibadah syukur yang dipimpin oleh Pendeta. Dalam ibadah turut dimeriahkan kehadiran tim kesenian dari Pemuda Pemudi Gereja Toraja (PPGT) setempat yang tampil dengan aksesoris adat Toraja.

Saat membawakan lagu dan tarian Toraja, para tamu undangan memberikan apresiasi berupa uang  yang dimasukkan ke dalam kotak yang ada di depan tim kesenian tampil. Kehadiran rim kesenian ini, membuat suasana menjadi lebih meriah. 

Usai acara ibadah dilanjutkan dengan jamuan kasih atau santap bersama oleh tamu undangan yang hadir. Adapun tamu undangan selain dari rumpun keluarga, ada juga dari unsur pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat.

Para tamu undangan ini menempati alang (lumbung) dan pondok yang sudah diberi label dan dihiasi dengan ornamen khas Toraja. Penempatan tamu undangan di alang dan pondok diatur sesuai kapasitas tamu undangan yang hadir.

Kebetulan dari unsur pemerintah daerah hadir Wakil Bupati Tana Toraja yang turut memberikan sambutan. Dimana menyampaikan, jika Pemda saat ini fokus pada program penbangunan, khususnya sektor pariwisata yang menjadi salah satu program primadona di Tana Toraja.

Wakil Bupati juga menyampaikan agar masyarakat Tana Toraja senantiasa menjaga stabilitas daerah menjelang Pemilu. Stabilitas ini penting agar aktivitas masyarakat dan daerah tetap terjaga dengan baik.

Kehadiran unsur pejabat Pemda sebagai wujud perhatian terhadap pelaksanaan tradisi adat budaya yang digelar oleh elemen masyarakat Toraja.Termasuk pada tradisi Mangrara Banua, dimana sekaligus menyampaikan program yang dilaksanakan Pemda.

Pondok dan lumbung untuk tamu undangan.  Dok Pri
Pondok dan lumbung untuk tamu undangan.  Dok Pri

Para tamu VIP yang menyempatkan hadir. Dok Pri
Para tamu VIP yang menyempatkan hadir. Dok Pri

Satu hal yang tidak ketinggalan dalam upacara ini adalah pembagian daging ternak babi yang sudah dikumpulkan dan dipotong kepada tamu undangan yang hadir dalam upacara tersebut. Tradisi ini disebut dengan Ma'Rumpung Bai.

Adapun daging ternak yang dipotong kali ini lumayan banyak yakni mencapai puluhan ekor. Pemotongan daging dilakukan secara bergotong-royong, sebagai sebuah tradisi budaya yang juga masih dipertahankan.

Adapun untuk menjamu tamu undangan yang datang sebelum acara berlangsung dan menempati alang dan pondok yang tersedia, dikenal dengan sebutan Ma'Pairu. Dimana keluarga menjamu tamunya berupa makanan dan minuman.

Elemen Dalam Tradisi Mangrara Banua

Dengan masih dipertahankannya tradisi Mangrara Banua oleh masyarakat Toraja, menandakan bahwa denyut tradisi adat dan budaya, masih menjadi bagian peradaban yang tidak tergerus oleh kemajuan zaman.

Beberapa elemen yang kental dan menjadi bagian yang tak hilang dalam upacara Mangrara Banua adalah tongkonan, ternak babi dan gotong royong dari rumpun keluarga dan masyarakat Toraja.

Gotong royong di acara Mangrara Banua. Dok Pri
Gotong royong di acara Mangrara Banua. Dok Pri

Antusias mengikuti acara. Dok Pri
Antusias mengikuti acara. Dok Pri

Tongkonan sebagai ikon rumah adat yang dibuat, adalah wujud partisipasi seluruh rumpun keluarga. Baik yang ada di kampung maupun yang berada di perantauan. Dimana saling mendukung finansial, agar pembuatan Tongkonan bisa selesai tepat waktu.

Ternak babi sebagai wujud pemberian dari tamu undangan kepada tuan rumah yang menggelar Mangrara Banua. Dimana ternak babi yang diberikan akan menjadi investasi atau kembali, saat suatu waktu sang pemberi menggelar acara atau pesta adat yang sama.

Adapun gotong royong sebagai spirit kebersamaan dalam setiap acara atau tradisional adat yang terkonversi dalam bentuk dana, tenaga dan juga waktu.

Dimana gotong royong saat Mangrara Banua diawali dari saat pendirian pondok untuk tamu, pemotongan ternak, menjamu undangan, serta pembongkaran pondok.

Tentu upacara Mangrara Banua membutuhkan finansial yang tidak sedikit. Namun keberhasilan acara tersebut tidak lepas dari keterlibatan semua pihak.  

Terutama dari rumpun keluarga yang saling bahu membahu dan bergotong royong dalam menyiapkan dana, tenaga serta berbagai kebutuhan yang diperlukan dalam upacara tersebut.

Gotong royong yang menjadi budaya masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Toraja pada khususnya, adalah kunci dari sebuah peradaban yang guyub dan egaliter yang harus diwariskan bagi generasi selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun