Beberapa buku budaya dari daerah Sulteng yang saya kenal penulisnya adalah Suaib Djafar dan Jamrin Abubakar. Tentu salut bagi mereka yang bukunya sudah menjadi bagian dari koleksi Perpusnas.
Menurut pegawai Perpusnas yang saya konfirmasi membenarkan jika buku budaya daerah Sulteng memang minim di rak Budaya Nusantara. Namun bisa jadi di ruang lain seperti lantai 22 dan 21 koleksinya tersedia.
Untuk penambahan koleksi buku daerah Sulteng bisa dilakukan dengan dua cara. Yakni melalui pengadaan koleksi langsung oleh pihak Perpusnas. Serta donasi buku dari pihak penulis buku ke Perpusnas. Dimana buku tersebut diregistrasi lebih dulu, sebelum dipajang sebagai koleksi.
Tentu penambahan koleksi buku daerah Sulteng  di Perpusnas penting bagi pengunjung yang membutuhkan referensi. Semakin banyak pengunjung di ibukota yang tahu tentang daerah Sulteng, tentu akan memperkaya literasi bagi mereka.
Walaupun akses referensi tentang daerah Sultebg bisa didapatkan secara digital, namun bagi pengunjung Perpusnas, tentu akan terbantu ketika koleksi bukunya tersedia secara lengkap.
Satu hal yang membanggakan, di pintu lift lantai 21 Perpusnas terpasang poster promosi pariwisata propinsi Sulteng. Seperti air terjun Saluopa, Kepulauan Togean, rumah adat Tambi, rumah suku Bajo, dan baju tradisional Kaili, Tentu ini membantu pengunjung untuk mengenal apa saja potensi pariwisata di daerah Sulteng
Harus diakui sebagus apapun sebuah Perpustakaan, akan selalu ada yang kurang. Kita juga tidak bisa menutup mata terhadap keberadaan Perpustakaan di daerah yang mungkin tidak sebagus dan serepresentatif Perpusnas di Jakarta.