Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Eksistensi Perpustakaan Nasional di Tengah Paradoks Digitalisasi

30 November 2023   16:36 Diperbarui: 1 Desember 2023   06:36 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fasilitas baca di lantai 21. Dok Pri

Bagaimana tidak nyaman, jika fasilitasnya representatif serasa di hotel. Sembari membaca dapat melihat pemandangan menarik di luar gedung. Jika jenuh, bisa rehat sejenak melihat-lihat koleksi nusantara yang dipamerkan di ruangan tersebut.

Bagaimana tidak bermanfaat, jika banyak buku tersedia yang bisa dibaca dan dijadikan referensi. Jika tidak cukup waktu membaca, bisa dipinjam dan dibawa pulang. Pengunjung yang diperhadapkan dengan tugas studi maupun pekerjaan yang membutuhkan referensi, tentu sangat terbantu  

Perpusnas juga menjawab pradoks kedua style (gaya) versus substansi. Kaum milenial pengguna medsos sebagai sebuah eksistensi tentu tidak bisa dielakkan. Namun penguatan knowledge sebagai substansi harus lebih diutamakan, guna melengkapi keberadaan citra diri.

Kaum milenial yang rentan terdampak post truth harus bisa melengkap kepasitas diri dengan literasi yang mumpuni menjadi passion of knowledge. Karena itulah yang lebih substansi dalam menjawab tantangan transformasi digitalisasi kekinian.

Perpusnas memfasilitasi kaum milenial dengan koleksi buku dan instrumen penunjang demi passion of knowledge yang bermuara pada terpenuhinya kompetensi diri. Jika kompetensi mumpuni, maka kepercayaan diri (style) akan semakin besar.

Terakhir menjawab paradoks antara mesin versus human. Sebagai contoh pembuatan kartu anggota Perpusnas secara cepat, memadukan penggunaan peralatan digital dan tenaga manusia.

Diawali pengisian data pribadi secara online di perangkat komputer yang tersedia di lantai 2. Setelah terisi data dan terdaftar, selanjutnya menunggu panggilan untuk pencetakan kartu anggota oleh pegawai yang bertugas.

Pelibatan tenaga pegawai berfungsi untuk memverifikasi data dan pemotretan teehadap pemohon kartu anggota. Menjadi jelas, bahwa keterlibatan tenaga manusia tetap dibutuhkan. Terutama untuk hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh tenaga peralatan mesin.

Sampai disini dapat disimpulkan bahwa, tiga paradoks tersebut tidak harus menjadi sesuatu yang dipertentangkan. Namun saling melengkapi untuk menghasilkan hal yang baik dan bermanfaat.

Minimnya Koleksi Buku Daerah Sulteng

Satu hal dari kunjungan saya ke Perpusnas adalah menemukan fakta, minimnya koleksi buku-buku budaya dari daerah Sulawesi Tengah (Sulteng) yang berada di lantai 24 Layanan Budaya Nusantara.

Di rak buku yang tertera kabel Sulawesi Tengah, hanya berisi sekitar puluhan buku. Selebihnya rak terlihat kosong. Berbeda dengan daerah lain yang terlihat lebih banyak, seperti daerah Sulawesi Selatan dan Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun