Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Potret Pondok Sederhana di Tengah Gelimang Dolar

26 September 2023   21:34 Diperbarui: 28 September 2023   13:42 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pekerja yang bekerja di smelter melintas di jalanan Petasia. Doc Pri

Setelah menyusuri jalan setapak yang berupa jalan tanah di siang hari, akhirnya langkah saya dan rekan-rekan terhenti di deretan pondok sederhana yang berada di areal kebun salah satu desa di Kabupaten Morowali Utara.

Ada sekitar enam atau tujuh pondok sederhana berjejer di areal kebun tersebut yang dihuni oleh sejumlah orang, baik orang dewasa maupun anak-anak. Mereka tampak familiar hidup bersama di pondok sederhana tersebut. 

Oleh salah seorang pemilik pondok, kami disambut dengan ramah dan dijamu kuliner lokal berbahan baku sagu, juga ubi rebus serta tentu saja segelas kopi hitam. Kami menikmati sajian tuan rumah yang dihidangkan dengan penuh hospitality.

Sembari menikmati kuliner, saya melayangkan pandangan ke areal kebun yang terbentang di hadapan kami. Ada sejumlah tanaman komoditi seperti pisang dan ubi. Ada juga tanaman berupa kayu jati yang tegak berdiri di halaman depan pondok. 

Oh ya, ubi rebus yang kami santap berasal dari lahan kebun tersebut. Oleh tuan rumah, bibit ubi yang ditanam berasal dari daerah Wana di Kabupaten Morowali, Utara Sulawesi Tengah. Makanya dinamakan ubi Wana. Rasanya beda dengan ubi lain yang pernah saya santap. Terasa lebih nikmat.

Pondok tempat kami rehat benar-benar sangat sederhana. Lantainya masih beralaskan tanah. Atapnya pun berbahan nipa. Dindingnya juga dari tripleks. Walau sederhana, tapi karena berada di areal kebun, cukup nyaman untuk sekedar rehat. .

Meski sederhana, warga penghuni terlihat bahagia. Anak-anak terlihat enjoy dengan aktivitas yang digelutinya. Sepertinya mereka betah beradaptasi dengan lingkungan yang jauh dari keramaian tersebut.

Tak beberapa lama, sejumlah orang muda penghuni pondok beranjak pergi dengan sepeda motor untuk melaksanakan aktivitas keseharian, yakni menjadi pekerja di PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) yang berlokasi di Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali Utara.

Para pekerja yang bekerja di smelter melintas di jalanan Petasia. Doc Pri
Para pekerja yang bekerja di smelter melintas di jalanan Petasia. Doc Pri

Walaupun menetap dan punya aktivitas berkebun, para anak muda yang tinggal di pondok sederhana juga bekerja sebagai kru di smelter milik PT GNI. Artinya, mereka juga punya gaji bulanan sebagai pekerja perusahaan.

Ada sekitar 15.000 orang yang bekerja di perusahaan pemurnian nikel tersebut. Sekitar 5.000 orang warga lokal, sementara 10.000 lagi berasal dari luar Morowali Utara. 

Data tersebut disampaikan sendiri oleh Bupati Morowali Utara Delis Julkarson Hehi saat menjadi pembicara dalam seminar nasional bertema program nasional hilirisasi nikel, yang dihelat DPC GAMKI Morowali Utara, bertempat di ibu kota Kolonedale belum lama ini.

Dampak Pertumbuhan Ekonomi 

Banyaknya tenaga kerja di PT GNI mengindikasikan bahwa hilirisasi nikel merupakan program yang merekrut banyak tenaga kerja, sekaligus investasi asing dengan kucuran anggaran besar mencapai triliunan rupiah. 

Tak terhitung gelimang dolar yang dihasilkan dari smelter yang menghasilkan produk ekspor berupa fero nikel. tersebut Sebagaimana kata Presiden Jokowi, program hilirisasi akan berdampak pada adanya pendapatan yang bertambah berkali lipat dibandingkan sebelum adanya hilirisasi. 

Para narasunber pada seminar hilirisasi nikel di Kolonedale. Doc Pri
Para narasunber pada seminar hilirisasi nikel di Kolonedale. Doc Pri

Terbukt pendapatan daerah bagi Kabupaten Morowali Utara melonjak signifikan dengan hadirnya program hilirisasi nikel tersebut. Pendapatan Asli Daerah (PAD) saja sudah mencapai Rp 400 miliar, sementara dana bagi hasil sebesar Rp 279 miliar.

Capaian investasi yang besar tersebut bermuara pada tingginya pendapatan daerah dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Morowali Utara, yakni 36,42%. Saat ini Kabupaten Morowali Utara menjadi daerah tertinggi pertumbuhan ekonominya, yakni tertinggi kedua se-Indonesia setelah Halmahera Utara.

Itulah sebabnya Bupati Morowali Utara siap pasang badan terhadap keberadaan program hilirisasi nikel di daerahnya. Karena multiplier effect (efek berganda) sudah sangat dirasakan. Bukan hanya dari aspek rekruitmen tenaga kerja yang sangat besar, tetapi juga aspek ekonomi yang signifikan.

Soal gelimang dolar dari keberadaan program hilirisasi nikel memang tidak bisa ditampik. Dari gaji saja setiap bulannya, jika dikalkulasikan upah minimum per orang Rp 4 juta dikali 15.000 tenaga kerja, sudah mencapai Rp 60 miliar. Jika dikalkulasi selama setahun, gaji pekerja mencapai Rp 720 miliar. Sebuah nominal yang sangat besar.

Menurut Bupati, itu baru perputaran uang dari gaji tenaga kerja, belum dari kebutuhan logistik pangan dan lain-lain. Perputaran uang itulah yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Morowali Utara seperti sektor UMKM, akomodasi, jasa, serta sektor konsumtif lainnya.

Kebutuhan akomodasi berupa kos-kosan saja dibutuhkan 10.000 kamar untuk tenaga kerja dari luar Morowali Utara. Namun, berdasarkan data, baru ada sekitar 2.000 kamar yang terpenuhi. Itu berarti masih dibutuhkan ribuan lagi kamar kos untuk kebutuhan tenaga kerja pendatang.

Belum termasuk usaha kuliner maupun logistik pangan untuk kebutuhan tenaga kerja sehari-hari. Ini bisa menjadi peluang usaha potensial terhadap program hilirisasi nikel di Morowali Utara.

Hal senada disampaikan Staf Khusus Menteri Pertanian Erick Tamalagi selaku salah satu narasumber. Menurutnya, peluang usaha tersebut harusnya bisa ditangkap oleh generasi muda di Morowali Utara. 

Salah satu peluang yang bisa dikelola adalah usaha komoditi pangan untuk kebutuhan perusahaan. Logistik tersebut bisa berupa daging, ikan, telur, sayuran, dan buah-buahan. Untuk itu, 

Morowali Utara harus bisa memenuhi kebutuhan logistik tersebut. Namun, tentu saja harus didahului dengan kemandirian pangan.

Erik Tamalagi lalu menjabarkan di mana saja wilayah di Morowali Utara yang prospek untuk ditanami komoditi pangan. Misalnya wilayah Kecamatan Mori Utara prospek untuk ditanami komoditi padi, jagung, pisang, kacang panjang, tomat, nangka, mangga, dan pepaya. 

Untuk di wilayah Mori Atas berupa padi, jagung, kedele, pisang, kacang panjang, kangkung, tomat, dan pepaya. Di wilayah Lembo berupa cabe besar, terong, duku, durian, padi, tomat, lada, cengkeh, dan pala. 

Demikian pula untuk wilayah lain semua prospek untuk komoditi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Tinggal menyesuaikan komoditi apa yang prospek untuk dikelola, semua datanya sudah ada.    

Pemberian bibit komoditi kepada pemilik lahan kebun. Doc Pri
Pemberian bibit komoditi kepada pemilik lahan kebun. Doc Pri

Erick mengaku jika Kementerian Pertanian siap men-support jika ada yang hendak memulai usaha komoditi tanaman pangan. Sebagai bukti kepada salah satu peserta seminar, ia menyerahkan bantuan berbagai bibit tanaman untuk ditanami di lahan miliknya.
 
Prospek peluang usaha sebagai dampak hilirisasi nikel memang tak terhindarkan. Sebagaimana disebut Bupati, dampak hilirisasi pada pertumbuhan ekonomi memang benar adanya.

Pemerataan Kesejahteraan Rakyat

Namun, sejatinya pertumbuhan ekonomi tersebut diharapkan selaras dengan pemerataan kesejahteraan masyarakat setempat. Bukankah masuknya investasi ke daerah ditujukan untuk kesejahteraan rakyat? 

Keberadaan pondok sederhana di areal kebun yang dihuni sejumlah jiwa tentu terkesan kontradiktif dengan gelimang dolar yang dihasilkan dari produk fero nikel yang diekspor dari olahan smelter di Morowali Utara.

Megahnya kantor Bupati Morowali Utara. Doc Pri
Megahnya kantor Bupati Morowali Utara. Doc Pri

Bahwa masih ada yang menghuni pondok sederhana itu adalah sebuah keniscayaan. Namun, sejatinya dari pondok sederhana tersebut hendak terjawab peluang usaha komoditi pangan yang dibutuhkan karena kehadiran perusahaan nikel. 

Tidak harus semua warga Morowali Utara berbondong-bondong menjadi tenaga kerja di smelter. Harus ada yang menjadi petani, peternak, atau juga nelayan.

Harus ada yang tinggal di pondok sederhana agar bisa mengelola lahan kebun untuk menghasilkan komoditi unggulan sekaligus menjaga keseimbangan ekologi di daerah tersebut.

Keberadaan pondok sederhana di Morowali Utara bukan bermaksud mengoreksi harapan kesejahteraan rakyat setempat dari kehadiran hilirisasi nikel di daerah tersebut. Juga bukan sebagai antitesa atas masuknya investasi smelter yang sudah menghasilkan gelimang dolar. 

Keberadaan pondok sederhana itu adalah potret realitas yang hendak mengingatkan bahwa kehadiran hilirisasi nikel hendaknya turut berdampak utilisasi (manfaat) pada pemerataan kesejahteraan masyarakat serta kemajuan daerah yang ditandai kemantapan prasarana dan infrastruktur daerah.

Melihat program hilirisasi nikel akan bertahan hingga 20-30 tahun ke depan, pada waktunya pondok sederhana akan berganti menjadi rumah representatif yang layak huni. Saat itulah pemerataan kesejahteraan yang diharapkan sudah benar-benar terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun