Rakyat bisa bebas berdialog tentang apa saja atau berjabat tangan dengan Jokowi. Atau jika beruntung bisa berselfie bersama sang Presiden.Â
Maka, jika di mana-mana sambutan antusias diberikan rakyat kepada Jokowi yang sedang berkunjung ke daerah, itu bukan saja karena keberhasilan Jokowi dalam mengangkat adat dan budaya sebuah daerah. Namun karena pembangunan Indonesia Sentris dirasakan oleh masyarakat di daerah.
Dalam konteks keberhasilan pembangunan, Jokowi sebagai seorang Kepala Negara sekaligus komunikator politik sejatinya telah melakukan peran komunikasi pembangunan dengan sebaik baiknya.Â
Itulah sebabnya melihat Jokowi berbaju adat dalam momentum kenegaraan, adalah bentuk komunikasi non verbal. Dimana tidak semata dimaknai dari aspek seremonial.
Namun lebih dari pada itu, harus dimaknai dari aspek pesan pembangunan yang terkandung didalamnya. Bahwa Jokowi telah mewujudkan amanat pembangunan Indonesia Sentris langsung ke episentrum daerah dengan sebaik baiknya.
Jokowi tidak sekadar mencintai budaya sebuah daerah, tapi juga membangun daerah secara nyata agar masyarakat merasakan pemerataan pembangunan.
Dalam pidato tahunan MPR RI tahun 2022, Jokowi menyampaikan seni dan tradisi lokal dengan semangat kebangsaan harus terus digairahkan.Â
Karya sastra dan film karya seniman muda harus terus didukung. Dana abadi kebudayaan akan terus ditingkatkan sesuai kemampuan fiskal Pemerintah.
Inilah bentuk kepedulian Jokowi pada sektor seni, aat istiadat dan tradisi budaya lokal. Dari sini bisa dimaknai bahwa Pembangunan Indonesia Sentris tidak sekedar membangun infrastruktur serta prasarana saja, namun juga sosial masyarakat dan budaya lokal di daerah.
Jadi tidak perlu dipertanyakan lagi, jika Jokowi berbaju adat hanya untuk pencitraan semata. Bahwa itu murni sebagai kepedulian dan kecintaan seorang Pemimpin terhadap kemajuan daerah dan bangsanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H