Masyarakat yang melaksanakan Padungku di desa Taripa telah menyiapkan hidangan dalam jumlah banyak untuk tamu yang datang berkunjung. Setiap rumah terbuka untuk dikunjungi oleh para tamu dan  dipersilahkan menikmati makanan yang tersedia. Tak ada batasan berapapun tamu yang datang berkunjung.
Untuk hari pertama, tuan rumah akan menerima tamu yang datang dari luar desa. Tamu akan terus berdatangan dari pagi hingga malam hari. Setiap rumah warga punya tamu masing masing yang datang berkunjung untuk Padungku. Entah saudara, keluarga, kerabat maupun handai tolan yang datang dari berbagai daerah di Sulteng.
Saya sendiri yang datang bersama Anggota DPD RI Senator dapil Sulteng Lukky Semen ke Taripa sehari sebelum padungku, telah lebih dulu dijamu oleh salah satu warga desa Taripa. Tentu lengkap dengan makanan khas nasi bambu. Begitupun usai ibadah perayaan HUT, kembali kami dijamu oleh tuan rumah yang melaksanakan Padungku.
Suasana Desa Taripa semakin ramai ketika tamu semakin banyak yang datang berkunjung. Kendaraan roda dua maupun roda empat semakin banyak terlihat di tiap tiap rumah warga. Umbul umbul yang dipasang di sepanjang desa membuat suasana semakin semarak.
Di hari pertama Padungku, tamu dipersilahkan berkunjung ke setiap rumah warga dan menyantap makanan yang tersedia. Itupun jika kondisi perut masih mampu menampung makanan dari rumah ke rumah. Ajakan sejumlah warga untuk berkunjung ke rumahnya tak bisa kami dipenuhi karena sudah kekenyangan.
Dihari kedua dan ketiga Padungku, setiap rumah akan melayani kunjungan sesama warga desa. Namun demikian tetap melayani tamu yang datang dari luar desa. Hal ini disampaikan oleh salah seorang warga desa Taripa, saat berbincang usai menyantap nasi bambu. "Tamu saya ada yang datang dari Palu, Morowali Utara, Pendolo dan daerah lain di Sulteng," ' ujar warga.
Tradisi saling berkunjung ke tiap rumah dan menyantap hidangan bersama dalam momentum Padungku, tentu menjadi perekat sosial dalam memperkuat semangat kekerabatan yang patut untuk diapresiasi.