Pantai Kuta di Legian sebagai jantung pariwisata di Bali berdenyut kembali, setelah dua bulan terakhir mulai terbuka untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik.
Hampir dua tahun tertutup akibat pandemi corona membuat Pariwisata Bali khususnya Legian Kuta mati suri. Pendapatan ekonomi dari sektor pariwisata benar benar terpuruk. Masyarakat dan pelaku usaha yang bersandar dari sektor pariwisata turut merasakan dampaknya.
Legian Kuta mati suri selama dua tahun jelas  sangat berdampak pada pendapatan financial bagi multi stakeholder yang bergantung pada kehadiran wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Financial dari sektor pariwisata yang menjauh dari Bali, adalah pukulan telak bagi stakeholder pariwisata Bali.
Melihat Legian Kuta Bali sunyi sepi akibat pandemi berkepanjangan tanpa geliat wisatawan, seperti bukan Bali rasanya. Geliat ekonomi yang tak pernah berhenti di pusaran destinasi wisata tersebut adalah gambaran nyata, bagaimana sektor pariwisata menjadi potret peradaban kehidupan di Bali.
Selama ini Legian Kuta hanya bisa sunyi jika ada perayaan Nyepi sebagai penghargaan atas perayaan Hari Raya umat Hindu tersebut. Namun itu tak lama hanya beselang sehari. Namun jika sudah berlangsung dua tahun, itu benar benar diluar kendali. Hanya pandemi corona yang bisa membuat keadaan berubah. Â
Kini dengan berdenyutnya kembali jantung pariwisata di Kuta Bali, membuat ekonomi masyarakat mulai bergairah kembali. Pantai Kuta kini mulai ramai dikunjungi wisatawan domestik yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Kedatangan pengunjung di Bandara Internasional Ngurah Rai terlihat ramai. Meski demikian penerapan prokes terhadap kedatangan pengunjung diberlakukan secara ketat. Namun demikian penerbangan internasional belum dibuka untuk Bandara Ngurah Rai.
Belum dibukanya penerbangan Internasional harus diakui berdampak pada tidak adanya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali. Salah satunya di destinasi Legian Kuta yang sebelum pandemi selalu dijejali oleh turis mancanegara.
Jalanan di Legian yang biasanya macet merayap oleh kendaraan dan dijejali turis mancanegara yang berlalu lalang, masih terlihat lenggang. Berbagai tempat usaha seperti hotel, cafe, bar, restoran, serta toko masih banyak yang tutup.
Ini wajar karena semua tempat tersebut biasanya dipenuhi turis mancanegara saat ini memilih stop beroperasi karena tidak ada pengunjung. "Kafe saya belum buka di Legian," ujar seorang kawan kepada saya.
Legian Kuta hari ini memang berbanding terbalik dengan saat saya berkunjung tahun 2019 beberapa bulan sebelum pandemi corona melanda dunia. Keramaian turis mancanegara yang dulu mewarnai denyut kehidupan Legian Kuta tidak telihat lagi di masa sekarang.
Namun demikian kehadiran wisatawan domestik yang mengunjungi Pantai Kuta direspon antusias oleh warga Bali yang mencari nafkah dengan berjualan kuliner maupun aksesoris khas Bali serta menawarkan jasa terapi kepada wisatawan.
Saya yang berkesempatan berkunjung ke Pantai Kuta merasakan benar bagaimana warga setempat memanfaatkan kedatangan wisatawan domestik di Pantai Kuta dengan menawarkan dagangannya. Berharap ada wisatawan yang mau merogoh dompetnya dan berbagi rejeki.
Melihat wajah warga Bali yang mencari nafkah dari wisatawan, ada rasa optimisme jika geliat wisata akan kembali seperti semula. Ya momen dimana Pantai Kuta dipadati wisatawan domestik dan mancanegara yang datang menikmati keindahan alam destinasi wisata yang sangat terkenal tersebut.
Paling tidak dua bulan terakhir ini warga dan pelaku wisata di Pantai Kuta bisa beraktivitas kembali dengan dibukanya kunjungan wisatawan domestik. Selama pandemi corona terjadi, mereka tidak bisa mendapat pemasukan sama sekali, karena hanya mengandalkan hidup dari sektor wisata.
"Kami hanya di rumah pak selama Pantai Kuta ditutup karena pandemi. Nanti dua bulan ini kami sudah bisa berjualan. Syukurlah pak sudah mulai banyak pengunjung bisa ada pendapatan," ujar seorang ibu pedagang aksesoris yang tetap memakai masker yang menemui wisatawan.
Para pelaku usaha wisata di Legian Kuta memang masih harus bersabar menanti masuknya kembali wisatawan mancanegara. Aturan yang diterapkan oleh Pemerintah yang belum membuka penerbangan internasional tentu dengan mempertimbangkan faktor kesehatan di Bali.
Disatu sisi Pemerintah Daerah setempat harus berpikir keras bagaimana cara mengantisipasi dan memberi solusi terbaik pada masyarakat dan pelaku usaha yang terdampak pandemi corona.
Karena harus diakui sektor Pariwisata sudah menjadi napas kehidupan dan peradaban di Bali. Semua aspek di Bali sejatinya berkaitan dengan pariwisata. Apakah itu seni budaya, adat istiadat, keagamaan bahkan tempat ibadah di Bali yakni Pura juga menjadi destinasi wisata yang dikunjungi wisatawan.
Bahkan setiap elemen pun menjadi spot spot wisata ikonik baik itu pantai, sungai, sawah, gunung, dan  kampung. Hampir tidak ada sudut di Bali yang tidak dikunjungi wisatawan.
Semoga dengan berdenyutnya kembali sektor pariwisata di Kuta Bali dengan kehadiran wisatawan domestik, bisa membantu mengatasi kesulitan masyarakat dan pelaku wisata setempat. Jika pariwisata bergairah kembali, maka dipastikan banyak pihak yang tertolong kehidupannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H