Jalanan di Legian yang biasanya macet merayap oleh kendaraan dan dijejali turis mancanegara yang berlalu lalang, masih terlihat lenggang. Berbagai tempat usaha seperti hotel, cafe, bar, restoran, serta toko masih banyak yang tutup.
Ini wajar karena semua tempat tersebut biasanya dipenuhi turis mancanegara saat ini memilih stop beroperasi karena tidak ada pengunjung. "Kafe saya belum buka di Legian," ujar seorang kawan kepada saya.
Legian Kuta hari ini memang berbanding terbalik dengan saat saya berkunjung tahun 2019 beberapa bulan sebelum pandemi corona melanda dunia. Keramaian turis mancanegara yang dulu mewarnai denyut kehidupan Legian Kuta tidak telihat lagi di masa sekarang.
Namun demikian kehadiran wisatawan domestik yang mengunjungi Pantai Kuta direspon antusias oleh warga Bali yang mencari nafkah dengan berjualan kuliner maupun aksesoris khas Bali serta menawarkan jasa terapi kepada wisatawan.
Saya yang berkesempatan berkunjung ke Pantai Kuta merasakan benar bagaimana warga setempat memanfaatkan kedatangan wisatawan domestik di Pantai Kuta dengan menawarkan dagangannya. Berharap ada wisatawan yang mau merogoh dompetnya dan berbagi rejeki.
Melihat wajah warga Bali yang mencari nafkah dari wisatawan, ada rasa optimisme jika geliat wisata akan kembali seperti semula. Ya momen dimana Pantai Kuta dipadati wisatawan domestik dan mancanegara yang datang menikmati keindahan alam destinasi wisata yang sangat terkenal tersebut.
Paling tidak dua bulan terakhir ini warga dan pelaku wisata di Pantai Kuta bisa beraktivitas kembali dengan dibukanya kunjungan wisatawan domestik. Selama pandemi corona terjadi, mereka tidak bisa mendapat pemasukan sama sekali, karena hanya mengandalkan hidup dari sektor wisata.
"Kami hanya di rumah pak selama Pantai Kuta ditutup karena pandemi. Nanti dua bulan ini kami sudah bisa berjualan. Syukurlah pak sudah mulai banyak pengunjung bisa ada pendapatan," ujar seorang ibu pedagang aksesoris yang tetap memakai masker yang menemui wisatawan.