Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bencana Banjir Bandang dan Solidaritas Aksi Kemanusiaan

17 Desember 2019   10:15 Diperbarui: 17 Desember 2019   10:15 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senator Lukky Semen menyerahkan bantuan di lokasi bencana. Dok Pri

Desa Bolapapu di Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah beberapa hari terakhir ini diramaikan oleh berbagai elemen masyarakat yang datang membawa bantuan kemanusian pasca banjir bandang yang melanda desa tersebut beberapa waktu lalu. Mereka yang memberi bantuan mulai dari Ormas, Organisasi Pemuda Kemahasiswaan, Instansi Pemerintah, Organisasi Profesi, Parpol, LSM hingga Komunitas Gojek. Bahkan anggota DPD RI dari Dapil Sulteng Lukky Semen juga turun langsung menyerahkan bantuan.

Bantuan kemanusiaan yang berdatangan di desa tersebut, membuat aparat Pemerintah dan warga setempat membuat posko bantuan untuk menampung semua bantuan logistik yang masuk untuk selanjjutnya didistribusikan kepada warga yang mengungsi. 

Setiap organisasi yang datang menyerahkan bantuan, didata secara akurat oleh aparat desa yang dibantu oleh tim relawan, agar bantuannya bisa dipertanggungjawabkan.

Dampak banjir bandang yang melanda desa Bolapapu tersebut cukup memprihatinkan. Banjir bandang yang membawa batu batu besar melanda rumah rumah warga. Terdapat 57  rumah rusak, 2 warga meninggal dunia serta 228 KK atau 707 jiwa yang mengungsi. Warga yang selamat, saat ini mengungsi di beberapa lokasi termasuk di keluarga mereka  yang berada di luar desa Bolapapu.

Adanya informasi banjir bandang yang viral dimedia sosial, seketika mengundang rasa solidaritas warga Sulteng untuk membantu saudara saudara yang ditiimpa bencana. Berbagai elemen pemuda, mahasiswa dan masyarakat di Kota Palu turun ke jalan untuk menggalang dana, yang selanjutnya dikonversi dalam bentuk bahan bantuan dan diantar langsung ke lokasi bencana.

Penampakan Batu batu besar yang terbawa banjir bandang di Desa Bolapapu. Dok Pri 
Penampakan Batu batu besar yang terbawa banjir bandang di Desa Bolapapu. Dok Pri 

Melihat banyaknya elemen masyarakat dan Institusi Pemerintah yang mendistribusikan bantuan, diapresiasi oleh Kepala Desa (Kades) Bolapapu yakni Herling. Ia mengaku terharu dengan antusias semua pihak yang telah membantu serta yang datang langsung ke lokasi.

Menurutnya, ia dan warga tidak menghendaki adanya bencana tersebut, namun apa boleh buat bencana bisa datang kapan saja tanpa bisa diprediksi. "Kami berterima kasih banyak kepada semua pihak yang sudah datang memberikan bantuan," ungkapnya haru.

Menghendaki Normalisasi Sungai

Melihat kondisi Desa Bolapapu yang diterjang banjir bandang yang membawa batu batu besar dari hulu sungai, maka warga setempat menghendaki agar sungai yang melewati desa tersebut segera dilakukan normalisasi. Pasalnya, jika tidak dinormalisasi, maka kedepan bencana yang sama bakal terulang jika hujan deras sewaktu waktu datang.

  • Aspirasi soal normalisasi sungai tersebut disampaikan kepala desa bersama warga kepada anggota DPD RI Lukky Semen yang berkunjung ke lokasi dan berkesempatan melakukan dialog untuk menyerap aspirasi.  "Harapan kami agar normalisasi sungai di desa kami segera ditangani. Karena jangan sampai terulang lagi kalau hujan deras datang terjadi banjir bandang yang menelan korban," ungkap Kades serius.

Selain normalisasi sungai, warga juga mengharapkan bantuan air bersih untuk dikonsumsi oleh mereka. Pasalnya, selama ini air bersih diambil langsung oleh warga dari sungai dan disalurkan langsung ke rumah rumah warga. Masalahnya jika hujan datang maka warga akan mengkunsumsi air keruh. "Sudah sering kali kami konsumsi air keruh. Makanya kami juga sangat berharap penangan air bersih di desa kami bisa mendapat solusi," tambah warga.

Kades Bolapapu menyampaikan aspirasi. Dok Pri
Kades Bolapapu menyampaikan aspirasi. Dok Pri

Solusi normalisasi sungai di sejumlah desa di Kecamatan Kulawi memang sudah sangat mendesak. Terkait hal ini juga disampaikan Kepala Desa Tangkolowi Kristison Towimba. 

Air sungai yang meluap jika hujan deras datang hingga masuk ke jalan mau tidak mau harus segera diatasi dengan program normalisasi sungai. "Di Desa kami juga perlu segera dilakukan normalisasi sungai, untuk mencegah jangan sampai terjadi banjir yang meluap masuk ke desa," ujarnya.

Sementara Senator Lukky Semen yang mendengar langsung aspirasi warga mengatakan, kebetulan dirinya berada di Komite II DPD RI yang salah satunya membidangi masalah infrastruksur serta lingkungan. Sehingga dirinya bisa melakukan koordinasi dengan pihak Kementerian yang terkait, terkait aspirasi warga setempat.

Menurutnya, soal program normalisasi Sungai masing masing tingkatan Pemerintahan punya kewenangan. Namun Pemerintah Pusat bisa melakukan penanganan jika saja Pemerintah Kabupaten mau membuat pernyataan jika normalisasi sungai di daerahnya siap dilepas untuk ditangani pembiayannya oleh Pemerintah Pusat. 

"Saya kira penting untuk kami di Pusat melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten agar persoalan yang diaspirasikan oleh warga seperti ini bisa mendapatkan solusinya," ujar Lukky Semen.  

Kondsi Jalan ke Kulawi

Kondisi jalan menuju Desa Bolapapu Kecamatan Kulawi harus melalui medan yang tidak mudah. Mulai dari Desa Salua menuju Desa Sidaunta harus melalu jalan pendakian yang rentan terjadi tanah longsor. 

Longsoran dari gunung yang berada di pinggir jalan menjadi pemandangan lasim ketika melintas di ruas jalan tersebut. Bagi yang baru pertama kali melintasi ruas jalan tersebut, akan dipenuhi rasa cemas jika sewaktu waktu longsor terjadi.

Kondisi Jalan menuju Kulawidi yang dipenuhi bebatuan. Dok Pri 
Kondisi Jalan menuju Kulawidi yang dipenuhi bebatuan. Dok Pri 

Dibeberapa titik, bahkan sementara dilakukan perbaikan ruas jalan yang rusak sebagai dampak terkena longsor akibat hujan. Beberapa unit eksavator bahkan terlihat siaga di ruas jalan untuk sewakt waktu melakukan pembersihan longsoran. 

Sementara di ruas lainnya, terlihat bahu jalan yang rusak dengan jurang mengangga berada di sisi jalan. Hal ini membuat pengendara harus ekstra waspada agar tidak terjadi kecelakaan saat melintas.

Demikian pula dari Desa Sidaunta menuju Desa Namo harus melintasi ruas jalan yang dipenuhi batu batu besar yang terbawa air saat banjir bandang pada bulan Agustus lalu. 

Batu batu besar yang terhampar tersebut, belum bisa dipindahkan dari pinggir jalan dan menjadi kendala bagi pengendara yang melintas di ruas jalan tersebut.  Jalan yang dulunya beraspal itu kini  tergantikan dengan jalan berbatu.

Menurut salah seorang warga Sidaunta, batu batu besar tersebut sudah berbulan bulan teronggok di pinggir jalan, karena sulit untuk dipindahkan. "Tidak ada alat yang bisa memindahkan batu besar jadi terbiar begitu saja," ujarnya. 

Ia bercerita saaat banjir bandang datang, suara gemuruh air sangat keras ditambah bunyi batu yang terbawa air menghasilkan dentuman yang sangat keras. "Kami ketakutan karena dentumannya sangat keras, saat  batu batu besar terbawa air," ungkapnya lagi.

Jaga Terus Rasa Solidaritas

Rasa solidaritas elemen masyarakat yang saling membantu bagi warga yang terkena bencana dan kesusahan, semoga saja tetap terjaga. Inilah bentuk relasi sosial yang harus terus dipertahankan sebagai wujud rasa kemanusian dalam bingkai ketulusan dan keiklasan. Membantu dengan memberi semampunya, sudah sangat berarti bagi mereka yang memerlukan bantuan.

Elemen masyarakat mengantar bantuan di Posko Bolapapu. Dok Pri
Elemen masyarakat mengantar bantuan di Posko Bolapapu. Dok Pri

Menurut aktivis mahasiswa di Palu yakni Trisno, dalam dua hari menggalang dana di jalanan, mereka berhasil mengumpulkan jutaan rupiah yang langsung dibelikan bahan bantuan yang diperlukan oleh warga korban bencana. Bahkan bantuan tersebut diantar langsung dan diserahkan kepada Kepala Desa Bolapapu. Sebagian dana disisihkan kepada keluarga korban yang meninggal dunia saat banjir bandang terjadi.     

Trisno mengapresiasi warga Sulteng yang sudah iklas dan peduli dalam memberikan bantuan dana kepada korban.  "Kami mengapreasi warga yang sudah memberikan bantuan dananya. 

Ada pengedara yang memberikan seratus ribu rupiah. Bantuan tersebut sudah kami pertanggungjawabkan dengan mengantar dan memberikan langsung di lokasi. Hanya ini yang bisa kami lakukan sebagai bentuk pengabdian sosial kami atas bencana yang terjadi," ujarnya.

Begitulah rantai sosial dalam setiap aksi kemanusian bekerja. Ada yang mengulurkan tangan memberi dan ada yang mengerahkan tenaganya untuk menyalurkan. Namun setiap bencana yang terjadi menjadi warning bagi kita. 

Bahwa tugas menjaga lingkungan merupakan sebuah keniscayaan. Banjir bandang terjadi sudah pasti karena kerusakan lingkungan yang berlebihan. Maka tanggung jawab sosial yang utama adalah mari kita hindari merusak lingkungan termasuk keberadaan hutan dimana kita berada. **

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun