Mohon tunggu...
Cerpen

Teror

7 Oktober 2016   11:55 Diperbarui: 7 Oktober 2016   12:03 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Gelar tawa memenuhi ruangan diskusi itu. Seorang aktivis yang berdiri gagah nan perkasa ditertawakan. Sekonyong – konyong itu membuat jiwanya semakin ciut.

            “ Pemikiranmu terlalu melankolis, ini bukan dongeng bung!!”

            “ Tak banyak pemikiran anak muda yang jernih.”

            “ Kau pikir kau adalah contoh yang tepat?”

            “ Aku hanya menginginkan kita untuk bertindak bijaksana.”

            Tak dapat disangkal kalau banyak dari aktivis juga kerap tidak mengagungkan kebijaksanaan. Dan itulah yang memabut banyak dari aktivis bertindak ekstrem. Apa bedanya jika pembunuhan dibalas dengan pembunuhan? Keduanya sama – sama bejat, namun ada lebel yang jika disadari akan membedakan pembunuhan yang sah yang dilindungi oleh negara dan pembunuh yang mesti dibunuh oleh negara. Betapa mencengangkan kenyataan yang kita hadapkan. Dan pilihan kita adalah menentukan etika dari setiap tindakan yang mesti kita ambil. Kontadiksi ini mungkin terlalu ekstem tetapi renungi, putuskan, dan bertindaklah.

            Barangkali melihat sejarah sebagai dongeng merupakan sebuah tindakan yang tak dapat dimanfaatkan. Sebab, dongeng itu adalah sebuah kenyataan yang hidup sebelum datang kehidupan baru. Namun, kebutuhan genrasi ini sebagai dari sejarah mungkin sedikit banyak akan melumuri atau menodai banyak hal hidup yang mesti dikenang secara nyata.

            Akankah keputusan seperti ini sedikit banyak bisa dikatakan bijaksana? Mungkinkah kebijaksanaan itu mengalir dan muncul tak terduga? Bisa jadi demikian, tetapi tetap penting untuk diperiksa. Optimisme dibangun dan hancur, kesadaran eksistensial dibangun dan hancur, sejarah dibangun dan hancur, cinta dibangun, hancur, dan melebur. Tetapi jangan takut untuk terbentur sebab kita tangguh, semua dari kita berdarah biru!!

            Angkatan yang mempertuanagungkan emosi telah menunjukan kesembronoan serta penguburan atas hak – hak individual manusia dalam suatu bangsa. Banyak partai yang berdiri, kelompok – kelompok dicipta untuk merebut kekuasaan kolektif. Betapa sedihnya menyaksikan keadaan demikian, melihat tangisan yang menghimpit kita bukan tangisan rasa haru melainkan tangisan kesedihan. Kata persatuan yang disebutkan kini menunjukan kegiatan ‘pelacuran’ politik elit di tengah bangsanya yang dirundung duka. Indonesiaku, mengapa wajahmu berlumuran darah dan jiwamu beringsut di dalam lembah kemajuan dan kemerdekaan?

            Fenomena yang dikabarkan media tidak lain demi menciptakan kepopuleran. Seperti itulah jika media hanya berkedok suara rakyat. Publik butuh berita yang sebenarnya, masa butuh informasi yang sesungguhnya. Tak kala segerombolan ibu – ibu kembali mengkhawatirkan dunia hakikat, mereka terbelah menjadi dua. Biarlah mereka ngerumpi untuk menghangatkan malam yang dingin daripada bolak – balik mencari data, hingga mereka juga terlibat gerylia. Atau juga seperti isteri Santoso yang juga ikut menenteng senjata melawan negara. Sebelum menciptkan peradaban kita membutuhkan normalisasi.

            Aku mengkhawatirkan segalah hal, terkhusus angkatan – angkatan yang akan lahir dan angkatan kini. Banyak remaja tergerus, jauh dari politisasi kelompok elit. Remaja tersungkur di dalam stigma yang dibangun oleh lingkungan! Pada siapa kita akan berharap kalau bukan kita yang bertindak? Ya, kita membutuhkan ketenangan menganalisah untuk sampai pada kesimpulan. Jangan terburu – buru bung!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun