Mohon tunggu...
Cerpen

Teror

7 Oktober 2016   11:55 Diperbarui: 7 Oktober 2016   12:03 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            “ Lebih dari itu Bu, ketakutanmu terpancar lewat ucapan – ucapan kegundahanmu. Santoso bukanlah ilusi Bu, dia nyata melebihi anakmu!”

            Adakalanya tragedi yang mengris hati seperti Santoso mampu menghanyutkan kebesaran pikiran yang menjadi dimensi terbesar di dalam kehidupan. Dengan demikian, tidak ada lagi yang dengan kebodohannya lagi – lagi membenci diri sendiri.

            Hidup mungkin sebuah pergulatan menuju kedamaian, dan yang mengatakan kedamaian serta kebahagiaan itu semu kadang telah terhempas di dalam dera yang tidak terbatas. Jika kedamaian telah dipatahkan jangan berharap kebahagiaan dan kesempurnaan itu akan datang. Manusia rupanya perlu menjaga jarak dari dunia. Oleh karena itu, menciptkan dunia adalah pilihan orang yang berkeyakinan. Orang yang sepatutnya mendapat penghargaan, sebab merekalah yang membayar kedamaian jiwa mereka dengan pilihan hidup yang kadang dilihat berbeda oleh dunia.

            Betapa dekatnya harapan yang seorang ibu itu mulai bangun untuk kebahagiaan anaknya di hari esok. Tetapi kenyataan kembali mengguncang lewat percakapan seorang ibu yang kadang memporakporandakan keyakinannya. Apakah kita masih sama, ketika sukacita bermaksud bercumbu dengan dunia cinta? Apakah kita masih sama, ketika Santoso ditembak dan dikuburkan? Apakah kita masih sama?

            Kesedihan itu akan menghimpitmu, mengiris – iris semua ketidakpedulian serta keangkuhan yang membelenggu manusia dan membuat manusia tetap memelihara kenaifannya.

            Rupanya tidak hanya itu, bagi anak – anak kos yang memiliki televise Santoso juga menjadi perbincangan hangat untuk meringkuk kesepian, Santoso menjadi bualan siang hari untuk memecah kantuk yang datang, Santoso juga menjadi tema menarik untuk dikuliti aktivis hari ini.

            Perbincangan Santoso akhir – akhir ini juga menyeret politik media yang kerap menciptakan samudera, memamerkan bencana agar Koran – Koran semua habis terjual dan majalah habis dilahap masa, dengan target mendatangkan segudang uang. Kedatangan mahasiswa dari Israel yang berada di sana selama sekitar delapan bulan memberikan testimoni kalau hubungan harmonis antara Israel dan Palestina sungguh – sungguh dilebih – lebihkan oleh media di Indonesia. Bangsa yang dihimpit oleh orang yang tergesa – gesa ini sungguh memuakan.

            “ Kedamaian di Israel tidak dapat kita temukan di tempat – tempat lain, masyarakat di sana hubungannya sangat harmonis dengan warga Palestina. Mereka kerap mendengungkan kalau peperangan merebut lahan itu urusan negara. Mereka tetap melihat sesamanya sebagai saudara bukan musuh.”

            “ Iya, iya,iya.”

            Dua mahasiswa itu mungkin sedari lahir dibesarkan dengan didikan yang berebeda sehingga tibiat mereka pun berbeda juga. Secara lahiriah tepatlah untuk dikatakan kalau mereka berdua memiliki pembawaan yang berbeda – beda.

            Yang satunya sedari tadi hanya mengangguk – angguk apa yang disampaikan oleh sahabatnya kepada kami. Seolah sebelumnya orang ini telah didoktrin untuk mengiakan semua perkataan sahabatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun