Tanggapanya lepas kendali, tidak peduli pada keingintahuanku sebagai objek yang mereka bicarakan. Dan akupun ikut – ikutan mengabaikan keingintahuanku sendiri.
“ Tadi kudengar kalau kau sedang merasa sepi. Apakah tidak ada satu halpun yang mampu menghiburmu?”
“ Menurutmu hal – hal apa yang bisa menghibur wanita sepertiku?”
Aku sedikit bergidik, sehingga hampir kelihatan salah tingkahku. Soalanya, bagaimana mungkin privasinya harus aku jawab dengan aku menempatkan diriku di dalam posisinya.
“ Mungkin dengan mengecat kuku kakimu, kau akan sedikit terhibur dengan itu. Atau mengecat kuku jarimu.”
“ Itu sangat lucu untuk wanita seumurku, apaplagi untuk wanita sepertiku!”
“ Bukankah untuk seorang wanita, itu sangat menyenangkan?”
“ Tidak untuk semua wanita!”
Dengan wanita yang satu ini aku kebingungan untuk mulai dari mana agar bisa bercakap – cakap dengannya. Semua yang aku ucapkan terasa mentah dijawabnya. Demikian aku memilih untuk diam saja, sembari menatapnya dalam – dalam.
“ Mengapa kau menatapku seperti itu?”
“ Kau berbeda dengan wanita pada umumnya.”