Mohon tunggu...
Efi Fitriyyah
Efi Fitriyyah Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Bandung

Blogger Bandung

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mapah ka Bandung: Tentang Patrakomala dan Napak Tilas Sejarah Bandung

30 Desember 2016   11:57 Diperbarui: 30 Desember 2016   16:34 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Kalau masih ingat, sebelum lapangan Alun-alun Bandung dilapisi dengan rumput sintetis, dulu di sini pernah berdiri dengan kokoh dua pohon beringin yang tumbuh. Jujur saja saya ga begitu tau dengan kebiasaan warga Bandung saat nongkrong di Alun-alun ini apakah ada perlakuan khusus dengan pohon beringin yang sekarang sudah tidak ada. 

Kalau di Yogya, sampai saat ini masih ada kebiasaan Masangin, yaitu berjalan dengan kondisi mata tertutup melewati jalan di antara kedua pohon yang ada. Konon katanya kalau berhasil melaluinya dengan lurus, keinginannya akan terkabul. Hmmm…

Monumen Bambu Runcing

Dari Alun-alun Bandung kami melanjutkan perjalanan ke ruas jalan Kepatihan  - Dalem Kaum. Di sini, depan mall Yogya kami berhenti di depan Monumen Bambu Runcing. Diduga kuat monumen ini mempunyai hubungan dengan perjuangan dua pejuang laskar wanita (Laswi) di mana pada saat itu Zus Willy da Zus Susilawati memenggal kepala tentar Gurkha dalam sebuah pertempuran di kawasan Ciroyom.  

Kepala tentara Gurkha ini sempat diarak dari jalan Cibadak sampai ke Markas Divisi III di Regentsweg (rumah kolonel AH Nasution yang sekarang jadi toko sepatu), sebelum diserahkan pada komandan Laswi yaitu Ibu Arudji.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Jangan khawatir soal keberadaan monument Bandung Lautan Api ini, karena pihak manajemen Yogya Kepatihan sudah berkomitmen dengan Legiun Veteran Republik Indonesia  untuk merawatnya.

Sakola Kautamaan Istri

Cagar sejarah yang masih bediri kokoh ini juga jadi salah satu titik yang kami kunjungi. Dulunya merupakan sekolah khusus untuk para wanita pribumi yang didirikan oleh Dewi Sartika pada tanggal 16 Januari 1904 dengan nama Sakola Istri (pada tahun 1910 diganti namanya jadi Sakola Kautamaan Istri). 

Sekolah yang ternyata didukung oleh Inspektur Pengajaran Hindia Belanda,  yaitu Inspektur C. Den Hammer  ini mengajarkan  keterampilan dasar yang umumnya dipelajari oleh para perempuan seperti merenda, memasak, menjahit juga membaca dan menulis. Dibantu oleh saudara misannya, Dewi Sartika pun mengajarkan keterampilan lainnya seperti membatik dan bahasa  Belanda.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Jajan di Toko Roti Sidodadi

Roti yang enak di Bandung? Banyaaak. Tapi ga afdol kalau tidak mencicipi roti legendaris yang sudah ada sejak tahun 1954. Toko roti yang beralamat di jalan Otto Iskandardinata (Otista) no 255 dengan penampakan jadul ini tetap jadi toko roti favorit warga Bandung. Roti-rotinya dibuat dari bahan bebas pengawet dan cara memasak dengan menggunakan arang ini mempunyai  kurang lebih 30 jenis varian yang biasanya habis diborong pembeli sebelum jam 13. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun