Mohon tunggu...
Efi Fitriyyah
Efi Fitriyyah Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Bandung

Blogger Bandung

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mapah ka Bandung: Tentang Patrakomala dan Napak Tilas Sejarah Bandung

30 Desember 2016   11:57 Diperbarui: 30 Desember 2016   16:34 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Resminya toko ini dibuka jam 10 pagi tapi waktu kami datang ke sana sekitar jam 9, toko ini sudah melayani pembeli dengan cara membuka dan menutup pintu toko untuk membatasi pembeli yang datang. Kami sempat memborong beberapa roti yang ada di sana. 

Wangi roti yang menguar di ruangan toko sungguh menggoda. Menunggu pengunjug surut agar bisa dilayani? Jangan harap! Jadi sebelum kehabisan, setengah berteriak kalau perlu mintalah pelayan untuk melayani kita, mengambil roti atau kue mana saja yang akan dibeli.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Jangan lupa untuk membeli roti unggulan seperti roti Gambang, roti Krenten dan roti tawar Frans. Saya sendiri punya rekomendasi roti cinnamonnya. Aroma dan rasa kayu manis yang lembut saat dikunyah bikin kangen.

Mengunjungi Makam para Bupati Bandung

Kesan spooky biasanya identik saat mengunjungi komplek pemakanan. Entah karena kami bekunjung siang hari atau memang kondisi pemakamannya terawat dengan  baik, saya merasa biasa saja saat mengunjungi komplek pemakaman ini. Maksudnya tidak ada terasa hawa dingin yang mengusap bulu kuduk dan bikin saya pengen buru-buru meninggalkan area ini.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Di komplek yang juga dimakamkan  Dewi Sartika (rangkanya dipindahkan dari kuburan sebelumnya) saya sempat ngobrol dengan penjaga makan di sana.  Bisa dibilang kalau komplek pemakaman ini adalah kompleknya para menak (sebutkan untuk kaum ningrat) urang Sunda. 

Selain para Bupati Bandung, di sini juga dimakamkan para bupati kawasan Priangan lainnya juga para istri dan garis keturunannya. Diantarannya kerabat dari Raffi Ahmad dan Pegy Melati Sukma pun ada yang dimakamkan di sini.  Yang jela, ga sembarang orang bisa dimakamkan di sini.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Makam utama yang dinaungi payung di bagian paling depan adalah makam Bupati Bandung Raden Adipati Wiranatakusumah II yang merupakan Bupati Bandung ke-6. Beliau ini memerintah  pada tahun 1794 sampai dengan tahun 1829, juga yang memindahkan ibukota kabupaten Bandug yang saat itu dipusatkan di Dayeuhkolot. 

Ketika tiba di  Bandung, dengan menyusuri  sungai Citarum sampai ke sungai Cikapundung, beliau pernah menancapkan  tongkat yang ketika dicabut memancar mata air yang jernih. Kelak tempat mata air keluar ini dikenal dengan nama Sumur Bandung yang sekarang lokasinya terdapat di dalam gedung PLN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun