Berlian mu
Martono mengamuk saat selesai membaca surat itu,menyeret taplak meja di atas meja makan dan semua yang ada di atasnya terbang meluncur menjadi kepingan gelas dan kaca.
Bibinya tergopoh-gopoh datang dan melihat semua piring dan sendok tercecer di lantai.Pecah berserakan .
"Ada apa Le?"Tanya bibinyaÂ
"Martini pergi,purik ke orang tuanya"
"Bukankah itu lebih baik?"
"Kenapa bibi sepertinya begitu membencinya ?"
"Karena tidak pernah menuruti kataku.Untuk apa dia buka usaha segala macam,kamu sudah bekerja.Kenapa anakmu harus sekolah tinggi -tinggi?Anakku juga nggak sekolah tinggi bisa kerja di perkayuan.Kurasa istrimu terlalu maju!"
"Kenapa bi?kenapa bibi berusaha memisahkan kami.Apalagi yang kurang.Aku kasihan melihat dia harus mengalah terus.Aku kasihan seharusnya dia bisa hidup lebih senang jika situasinya tidak seperti ini"
"Kalau begitu lepaskan dia"
"Dia istriku bibi,dia tidak pernah mengeluh kalian abaikan,dia tidak pernah mengeluh,aku tahu bi.Tolong jangan campuri urusan intern kami bibi.Aku tahu bibi menyayangiku dan aku menyayangi bibi ,begitu juga Martini sangat menyayangi bibi sampai-sampai ingin mengabulkan keinginan bibi untuk pergi ke Tanah Suci bersama dan sedang merintis usaha .Dia menyayangi bibi.Tolong bi"