***
"Hei, what do you think about my new album?"
"Bagus. Lebih akustik. Saya suka lagu 'Snow In My Heart'."
"Bingo!" Hyung menjentikkan jarinya. "Saya juga suka lagu itu meski bukan lagu yang menjadi best cuts di album 'Panggoya'."
"Oya? Kok bisa sama, ya? Rupanya selera kita tidak jauh berbeda."
"Right! Eh, lagu itu asyik sebetulnya. Syairnya menyentuh lho, Ron."
"Hm, I think you have a special memory with that song. Lagu ciptaan kamu itu sangat menyentuh emosi hati. Seperti elegi! Apa sih maknanya, Hyung?"
Kim Yong Hyung mengusap wajah. Saya tangkap ada dua binar yang menggantung di sudut matanya. Sekilas. Secepat kilat digebahnya gambaran durja itu dengan menguraikan simpul di bibirnya membentuk senyum.
"Bukan kisah yang istimewa. Hanya bertema klasik. Biasa, cinta dua anak manusia yang terpenggal karena ironi. Makanya, lagu itu saya kasih judul 'Snow In My Heart'. Suasana kisahnya sedingin salju."
"Pengalaman hati?"
Kim Yong Hyung mengangguk. Sebuah jawaban yang jujur dituturkannya dalam bahasa gerak itu memang tidak memerlukan kalimat lagi. Saya menelan ludah dengan susah payah.