Intinya, klaim Novan, dari hal mendasar seperti penciptaan menu-menu baru dan unik sangat mempengaruhi penjualan makanan maupun minuman dari sebuah kafe dan resto.
"Menciptakan sesuatu yang baru dan hype adalah usaha untuk menarik konsumen dari berbagai kalangan, tidak hanya anak muda," katanya.
Menurut pria kelahiran Surabaya ini, hal-hal mendasar itu harus diutamakan sejalan upaya lain seperti kecakapan dan kedisiplinan sumber daya manusia (SDM).
"SDM memegang peran penting dalam memajukan kafe dan resto. Soalnya, SDM adalah motor penggerak. Jika SDM ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka dapat dipastikan akan mandek," beber Novan.
Untuk itulah, ia menekankan pentingnya standardisasi manajerial dalam perkembangan usaha kafe dan resto, khususnya kepada kliennya.
"Jadi begini, banyak pelaku kuliner yang menafikan standardisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, resep-resep yang telah 'lari' (melenceng) dari menu yang telah baku atau standar. Tentu ini akan menyebabkan kualitas cita rasa suatu makanan itu sendiri berkurang," katanya.
Itulah sebabnya, imbuh Novan, standar resep yang telah baku tidak dapat diganggu-gugat. Hal itu dapat terjadi jika peracik menu tidak disiplin terhadap apa yang telah ditentukan.
"Biasanya, mereka akan coba-coba mengurangi atau mengganti bumbu-bumbu baku yang telah ditetapkan sebelumnya," paparnya.
Terkait kurangnya kedisiplinan dalam SDM yang menjadi masalah klasik kliennya, Novan berharap dapat teratasi dengan memilih calon karyawan yang mumpuni.
"Ya, ini yang sering dihadapi para klien saya. Oleh karena itu, kontribusi pelatihan seperti yang kami lakukan sekarang ini di Capital Cafe, tidak hanya mencakup kualitas makanan tetapi juga hal-hal perbaikan manajerial seperti ini. Makanya, (konsultasi) yang kami lakukan juga mencakup pelatihan karyawan," bebernya.