Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Berkat Invasi Jepang Es Shanghai Bisa Populer di Dunia

28 September 2022   12:51 Diperbarui: 28 September 2022   13:08 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Shanghai, hampir semua orang tentu sudah tahu jika kota ini adalah ikon bagi kemajuan industri di Tiongkok atau China, bahkan dunia saat ini.

Selain merupakan kota terbesar di China, Shanghai juga dalam beberapa dekade terakhir menjadi sentra ekonomi, finansial, perdagangan, bahkan pusat komunikasi terpenting di Negeri Tirai Bambu.

Namun, kali ini penulis tidak ingin membahas perkembangan ekonomi yang kian pesat di kota populis tersebut kendati masih mengangkat nama "Shanghai". Pasalnya, penulis hanya ingin memaparkan kuliner populer yang mendunia, yaitu "Es Shanghai".

Namanya juga kuliner dalam artian minuman yang sudah mendunia, Es Shanghai ini tentu saja tidak hanya bisa dicicipi di Kota Shanghai. Hampir di wilayah dan negara mana saja dapat ditemui minuman dengan ciri khas menggunakan es serut tersebut.

Terkait minuman berpenampilan "eksotik" ini, saat penulis ngetrip di Kota Bandung, Jawa Barat misalnya, es yang sudah berkembang dalam berbagai isian seperti durian dan buah lainnya ini dapat dibeli di Warung Es Shanghai Fhadillah, Jalan Tubagus Ismail, Sekeloa, Kecamatan Coblong.

Begitu pun di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Es Shanghai dapat dibeli di Waroenk Seafood, Jalan Veteran 18, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo.

"Kesegaran es ini tidak lepas dari isi bahan-bahannya yang fresh, terutama ice cream strawberry yang kami gunakan sebagai topping," terang Head Chef Waroenk Group Ahmad Niko saat ditemui penulis di Waroenk Seafood, Senin 27 September 2022.

Kendati ice cream strawberry itu tampak mendominasi kesegaran Es Shanghai, sebut Niko, namun minuman manis segar pihaknya tidak dapat dilepaskan dari kontribusi bahan lainnya seperti puding cincau, puding cokelat, kacang merah, sagu mutiara, nata de coco, kacang merah, sirup frambozen, dan susu kental manis.

"Es Shanghai memang mirip minuman es pada umumnya seperti es buah maupun es teler. Cuma yang membedakannya hanya terletak pada isiannya. Kalau es teler seperti yang kita tahu isiannya lebih didominir buah alpukat dan buah-buahan lainnya," imbuhnya.

Secara umum di Indonesia, ungkap Niko, nama menu makanan termasuk minuman memang mengambil nama setiap kota asalnya, seperti bubur Manado, coto Makassar, soto Madura, bakso Malang, teh Thailand, dan lain-lain.

"Nah, begitu pula Es Shanghai ini yang notabenenya berasal dari Kota Shanghai. Masalah isian untuk bahan-bahannya sih hampir dapat diperoleh di masing-masing daerah. Jadi, hanya sekadar penamaan begitu," jelasnya.

Sementara itu, Supervisor Waroenk Seafood Wanda Bunga ketika ditemui di tempat dan kesempatan yang sama mengklaim jika Es Shanghai yang dibanderol pihaknya Rp 23.500 merupakan minuman yang laris diburu pelanggan.

"Selain disukai karena memang segar, sebenarnya Es Shanghai ini punya sejarah yang unik hingga bagaimana bisa sampai dan populer di Indonesia," beber Wanda.

Menurut sepengetahuannya, Es Shanghai menyebar di dunia pada perang dunia kedua lantaran dibawa militer Jepang ke negeri-negeri yang dijajahnya di Asia Tenggara seperti Filipina, termasuk Indonesia.

"Boleh dikata, Jepang adalah 'inang' dari es serut ini. Ya, meskipun Es Shanghai ini berasal dari China namun tidak dapat dilepaskan dari pengaruh invasi Jepang," kata Wanda.

Lebih jauh, ia menjelaskan pasukan Jepang membawa resep es serut atau es campur dari Shanghai ke Taiwan yang kemudian berkembang di sana menjadi 'Es Bao Bing'.

"Selanjutnya, sebagian prajurit yang dari Taiwan itu dikirim ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan berkembang pada zaman Romusha di Pulau Jawa," bahas Wanda.

Ibu dari satu orang putri ini menambahkan, di Filipina Es Shanghai itu disebut "Es Halo-halo" sementara di Thailand menjadi es tersendiri bernama "Es Wan Yen".

"Selain berkembang secara masif di Negeri Gajah Putih, minuman ini juga berkembang di Vietnam disebut sebagai 'Es Sam Bo Luong'. Ya, yang saya tahu sih begitu sejarah Es Shanghai ini," urainya.

Di Indonesia, beber Wanda, Es Shanghai sering diidetikkan dengan es teler. Kendati berbeda dari segi isian, namun secara generik menurutnya hal itu tidak lepas dari pengaruh Es Shanghai yang juga berkembang secara masif di Negeri Khatulistiwa ini.

Tak hanya di Asia Tenggara, menurut Wanda, minuman yang berakar dari Dinasti Tang Tiongkok ini juga populer di Hawaii (AS) dan Inggris.

"Di sana (AS dan Inggris), Es Shanghai disebut 'Saved Ice' yang juga dibawa Jepang. Di Jepang sendiri Es Shanghai ini disebut 'Kagigori'. Ya, seperti kita ketahui, Jepang memang sempat menjajah China melalui pintu masuk Kota Shanghai. Minuman ini pun akhirnya dibawa ke mana-mana," kata Wanda.

Ia menegaskan, penyebaran kuliner semacam itu memang lazim terjadi di masa lalu, mirip kuliner Jepang sendiri yang menyebar di Amerika Serikat (AS) dan akhirnya Eropa yang dibawa Komodor Matthew Perry pada era Restorasi Meiji.

"Atau, Marco Polo yang membawa suatu resep es serut dari Tiongkok kuno yang sempat disambanginya di abab ke-13. Es itulah yang merupakan cikal bakal dari es khas Italia saat ini, Gelato," papar Wanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun