"Nah, begitu pula Es Shanghai ini yang notabenenya berasal dari Kota Shanghai. Masalah isian untuk bahan-bahannya sih hampir dapat diperoleh di masing-masing daerah. Jadi, hanya sekadar penamaan begitu," jelasnya.
Sementara itu, Supervisor Waroenk Seafood Wanda Bunga ketika ditemui di tempat dan kesempatan yang sama mengklaim jika Es Shanghai yang dibanderol pihaknya Rp 23.500 merupakan minuman yang laris diburu pelanggan.
"Selain disukai karena memang segar, sebenarnya Es Shanghai ini punya sejarah yang unik hingga bagaimana bisa sampai dan populer di Indonesia," beber Wanda.
Menurut sepengetahuannya, Es Shanghai menyebar di dunia pada perang dunia kedua lantaran dibawa militer Jepang ke negeri-negeri yang dijajahnya di Asia Tenggara seperti Filipina, termasuk Indonesia.
"Boleh dikata, Jepang adalah 'inang' dari es serut ini. Ya, meskipun Es Shanghai ini berasal dari China namun tidak dapat dilepaskan dari pengaruh invasi Jepang," kata Wanda.
Lebih jauh, ia menjelaskan pasukan Jepang membawa resep es serut atau es campur dari Shanghai ke Taiwan yang kemudian berkembang di sana menjadi 'Es Bao Bing'.
"Selanjutnya, sebagian prajurit yang dari Taiwan itu dikirim ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan berkembang pada zaman Romusha di Pulau Jawa," bahas Wanda.
Ibu dari satu orang putri ini menambahkan, di Filipina Es Shanghai itu disebut "Es Halo-halo" sementara di Thailand menjadi es tersendiri bernama "Es Wan Yen".
"Selain berkembang secara masif di Negeri Gajah Putih, minuman ini juga berkembang di Vietnam disebut sebagai 'Es Sam Bo Luong'. Ya, yang saya tahu sih begitu sejarah Es Shanghai ini," urainya.
Di Indonesia, beber Wanda, Es Shanghai sering diidetikkan dengan es teler. Kendati berbeda dari segi isian, namun secara generik menurutnya hal itu tidak lepas dari pengaruh Es Shanghai yang juga berkembang secara masif di Negeri Khatulistiwa ini.
Tak hanya di Asia Tenggara, menurut Wanda, minuman yang berakar dari Dinasti Tang Tiongkok ini juga populer di Hawaii (AS) dan Inggris.