"Bahkan bisa merusak reputasi jika dibiarkan tidak terselesaikan," jelas Rupali.
Ia mengatakan, jika hal itu mengakut dalam diri seorang pekerja maka boleh jadi secara perlahan dapat membuat "down" semangat. Parahnya, si pekerja itu tidak lagi memiliki visi yang visioner bagi perusahaan maupun prospectus masa depannya sendiri.
"Mereka bahkan takut atau enggan untuk pergi bekerja lagi," papar Rupali.
Sementara itu, seorang psikolog dan konsultan senior di Raven Counseling and Consultancy, Praveen Nair mengatakan, pekerjaan seringkali lebih dari sekadar menghasilkan uang.
"Ini dapat berfungsi sebagai kontribusi seseorang kepada komunitas atau dunia yang lebih besar," ungkapnya.
Artinya, sebut Praveen, hal ini sering berarti dapat memengaruhi perasaan seseorang pada tingkat yang sangat mendalam.
"Solusinya, mulailah mengatasi kekhawatiran ini dengan bertanya kepada diri sendiri, 'Mengapa saya merasa seperti ini?'," katanya.
Praveen menambahkan, sebaiknya para pekerja menyusun daftar pro dan kontra terkait profesinya saat ini di sebuah perusahaan.
"Apa yang Anda suka dan tidak suka dari pekerjaan saat ini? Apa yang membuat Anda bahagia atau membuat diri merasa terjebak?" tegasnya.
Setelah itu, imbuh Praveen, evaluasi kembali kebutuhan, pikirkan, aspirasi, dan kemampuan diri.
"(Sekarang) fokuslah terhadap, 'Anda saat ini bekerja menuju tujuan dan visi yang baru'," katanya.