Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (9)

29 Maret 2021   11:28 Diperbarui: 29 Maret 2021   11:37 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taichi chuan yang dipergunakan Fa Mulan mampu mendorong tubuh besar itu sehingga terlepas, lalu satu lesatan tendangan putarnya yang mengarah ke dahi Yao pun telak mengena. Yao tersepak tumit Fa Mulan dari jurus Kibasan Ekor Hong, salah satu gerakan dari kungfu ciptaannya, Tinju Hong Terbang. Ia pun terempas dan jatuh ke tanah dengan pandangan melamur.

Yao berusaha bangkit.

Tetapi kepalanya memening. Disekanya bibirnya yang berdarah. Fa Mulan menghampirinya. Menyudahi pertarungan dengan melontarkan kalimat-kalimat bijak.

"Yao, saya tidak bermaksud bertarung denganmu. Saya tidak bermaksud melukaimu. Kamu bukan musuh saya. Kamu adalah sahabat saya. Tapi, saya terpaksa melakukan semua itu tadi karena tidak ingin dianggap lemah. Saya ingin kamu sadar bahwa pertempuran itu tidak hanya melawan musuh jasadi. Tidak hanya dengan pedang dan tombak. Tapi pertempuran itu juga dilakukan untuk melawan angkara murka yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri. Emosi dan amarah yang berasal dari dalam hati dan pikiran kita itu juga merupakan musuh yang harus dilawan dalam sebuah pertempuran!"

Yao meringis kesakitan.

Ia menggoyang-goyangkan kepalanya seolah-olah hendak mencari keseimbangan, menumpu kalibrasi pandangannya yang mengganda akibat tendangan sekeras godam Fa Mulan barusan.

"Yao, andai saja saya ingin membunuhmu, sedari tadi pedang Mushu ini sudah menancap di dadamu!" Fa Mulan mengelus-elus gagang pedang Mushu-nya seperti kebiasaannya. "Tapi tidak saya lakukan karena kamu sebenarnya tengah bertempur dengan amarahmu sendiri. Bukan dengan saya. Amarahmu itu merucahmu, Yao. Kalau tidak lekas kamu singkirkan dalam sebuah pertempuran batin, musuh dalam hati dan pikiranmu itu akan membunuhmu!"

Yao terduduk memeluk lutut di tanah.

Ia diam menyimak. Menundukkan kepala dengan hati berkecamuk malu. Ia memang harus memboko rasionalitas dalam benaknya yang hilang tercuri musuh muasal diri. Ia harus bertempur dengan musuh yang berasal dari dalam dirinya sendiri itu. Membelasahnya sehingga kabur dari batinnya.

"Cepat ke tenda tabib, Yao. Basuh lukamu dengan obat. Beristirahatlah setelah diobati. Besok fajar kita pasti bertempur lagi dengan musuh yang sudah menapaki Tung Shao. Lupakan kejadian barusan. Anggap saja kita sedang berlatih kungfu!"

Fa Mulan melangkah ke arah tenda Shang Weng untuk mengontrol keadaan atasannya itu. Lima tindak melangkah ia menoleh ke belakang. Yao masih terduduk memeluk lutut. Lelaki kekar yang telah ditundukkannya tadi mengangkat kepala. Mendongak menatap hampa pada langit tak berbintang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun