Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (9)

29 Maret 2021   11:28 Diperbarui: 29 Maret 2021   11:37 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa yang telah kamu lakukan itu sangat berbahaya, dan mengancam keselamatan nyawa kamu sendiri!"

"Saya tidak takut!"

"Saya hargai keberanian kamu. Tapi, tindakanmu itu sama juga dengan mengantar nyawa. Untung kamu masih dilindungi Dewata sehingga dapat kembali ke sini. Tahu tidak, perbuatanmu yang menyongsong ke markas musuh itu seperti anjing yang masuk ke kandang macan!"

"Saya bukan prajurit pengecut!"

"Tapi bukan dengan begitu kamu boleh bertindak gegabah. Saya tidak ingin ada prajurit Yuan yang mati konyol!"

"Maaf, semoga prakiraan saya ini tidak benar! Bahwa apa yang telah Asisten Fa uraikan barusan hanya sebentuk dalih untuk menutupi sepotong rasa takut!"

Fa Mulan terkesiap.

Ia sama sekali tidak menyangka Yao dapat selancang itu. Ia merasa tidak punya wibawa dan harga diri sebagai pemimpin. Ditariknya lengan kokoh Yao dengan sekali entak. Lelaki berwajah keras itu terantuk. Mendekat sejurus setelah menjauhi Fa Mulan tadi.

"Yao! Kalau saja saya sendiri memiliki kemampuan untuk mengalahkan Jenderal Shan-Yu dan ratusan ribu pasukan pemberontak Han itu, detik ini juga saya akan menantang mereka di bawah bukit! Detik ini juga saya akan bertarung dengan mereka! Tapi, saya tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Kita lemah, Yao. Lemah! Karenanya, saya tidak ingin bertindak tanpa melalui seleksi otak! Kenapa?! Karena saya tidak ingin mati sia-sia. Tanpa kita, siapa lagi yang akan membela rakyat Tionggoan?! Apa kamu mengharap para arwah di alam baka untuk menghalau mereka?! Coba kamu renungkan hal itu, Yao!"

Namun Yao tidak mau tahu.

Ia malah menatap sepasang mata Fa Mulan dengan bias menantang. Mencibirkan bibirnya dengan bahasa cemooh. Membuang mukanya kemudian dengan sikap pongah. Berkacak pinggang seperti tokoh protagonis Eng Tay dalam opera mashyur Sam Pek Eng Tay yang sering dipertunjukkan salah satu kelompok opera keliling di Ibu Kota Da-du.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun