Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (9)

29 Maret 2021   11:28 Diperbarui: 29 Maret 2021   11:37 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi novel Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana. (Inprnt.com)

Ia dan Fa Mulan sebenarnya seperti dua orang musuh yang bertarung dalam satu selimut. Setiap hari mereka bertengkar dan adu jotos. Itulah sebabnya di Kamp Utara, Fa Mulan dan Yao sering diganjar hukuman oleh Shang Weng. Yao yang kelewat keras diantipati Fa Mulan yang selalu ingin membela prajurit-prajurit lemah jajahan Yao. Setiap memalaki prajurit-prajurit lemah tersebut, Fa Mulan selalu tampil sebagai pahlawan. Menentang Yao yang lebih besar tiga kali lipat dari tubuhnya.

Meski kasar tetapi Yao sebenarnya memiliki sifat baik yang jarang ditampakkannya. Ia setia kawan. Selalu menolong kaum jelata yang tertindas puak terpandang, bahkan mengorbankan nyawanya sekalipun. Sayang ia selalu mengambil tindakan tanpa nalar. Menempuh jalan kekerasan reaksi amarah yang berkobar di dalam hatinya.

Fa Mulan masih menghangatkan tubuhnya di samping unggun.

Sejenak diisinya tadi benaknya yang lowong dengan kenangan silam. Yao, Chien Po, dan Bao Ling merupakan sahabat terbaiknya. Ia tidak ingin salah satu dari mereka ada yang gugur sia-sia. Hal itulah yang kerap meresahkannya. Terutama Yao yang beremosi labil.

Ia mengusap wajah.

Pasukan pemberontak Han yang sudah semakin dekat dan berada beberapa mil dari barak meresahkannya. Besok fajar pasti sudah sampai di sini. Sementara, bala bantuan belum kunjung tiba. Apa boleh buat, pikirnya. Hidup mati manusia memang sudah ditentukan dari langit. Itulah takdir kematian seseorang yang bernama ajal. Dapat terjadi di dalam situasi apa pun juga. Kalau ia memang harus terbantai dalam peperangan besok, ia tidak akan pernah menyesali kematiannya yang menyakitkan itu. Sebab ia merasa telah membela kebenaran. Tidak mati dengan sia-sia.

Baru saja ia akan menikmati bakpaonya ketika beberapa prajurit berjalan tertatih-tatih dengan tubuh membujur luka. Mereka adalah prajurit-prajurit yang diperintah ikut serta ke perbatasan Tung Shao bersama Yao fajar kemarin.

Fa Mulan berdiri.

Ia mendekati prajurit-prajurit tersebut. Membantu memapah seorang prajurit yang tertebas golok ke dalam tenda tabib. Beberapa prajurit dalam tenda keluar dan turut membantu rekan mereka yang terluka.

"Mana Prajurit Madya Yao?!" tanyanya cemas pada seorang prajurit yang tidak terluka.

"Sudah masuk ke tendanya, Asisten Fa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun